Agresif, RBA Menaikkan Suku Bunga Kembali
Bank sentral Australia bersikap serius melawan inflasi, dengan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps menjadi 0,85% dan menjanjikan kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat. Otoritas moneter ini semakin khawatir tentang prospek gangguan inflasi bagi perekonomian nasional. Kenaikan ini merupakan yang kedua kalinya dalam fase normalisasi kebijakan moneter yang dimulai sejak Mei. Perkiraan awal adalah RBA akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps, dimana hasil yang lebih besar ini mencerminkan ketidaknyamanan RBA terkait percepatan inflasi. RBA menilai perekonomian cukup tangguh dan tidak lagi membutuhkan dukungan kebijakan moneter yang luar biasa; ini memungkinkan bank sentral untuk fokus pada upayanya membawa inflasi kembali ke target 2-3% RBA dari waktu ke waktu. Memang, para pembuat kebijakan berjanji bahwa normalisasi moneter lebih lanjut sudah di depan mata, namun ukuran dan waktu kenaikan suku bunga akan dipandu oleh data yang masuk. Kami memperkirakan RBA akan menaikkan suku bunga acuan lagi pada pertemuan kebijakan berikutnya pada 5 Juli.
Sementara Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bahwa inflasi akan tetap tinggi dan meningkatkan perkiraan inflasi 4,7% untuk tahun ini. Dalam pandangannya kepada sidang Komisi Keuangan Senat, AS sedang menghadapi “tingkat inflasi yang tidak dapat diterima”, tetapi dia berharap inflasi akan segera mulai mereda.
Wall Street Naik Ditopang Sektor Teknologi, Sektor Ritel Sengsara
Bursa saham AS naik, mencatat kenaikan beruntun dalam dua hari berturut-turut. Kenaikan dipicu naiknya saham- saham sektor teknologi dan energi, sementara peringatan Target Corp tentang kelebihan persediaan membebani peritel. Saham Target Corp turun 2,3% setelah mengatakan bahwa mereka harus menawarkan diskon yang lebih dalam dan mengurangi stok barang-barang pilihan. Indek Dow Jones naik 264,36 poin, atau 0,8%, ke 33.180,14, S&P 500 naik 39,25 poin, atau 0,95%, menjadi 4.160,68 dan Nasdaq naik 113,86 poin, atau 0,94%, menjadi 12.175,23.
Aussie Menguat Setelah RBA Menaikkan Suku Bunga Kembali
Dolar Australia bergerak lebih tinggi terhadap Dolar AS, diuntungkan dari keputusan RBA menaikkan suku bunga pada hari Selasa. Hal ini turut berimbas pada perdagangan mata uang yang sensitif terhadap risiko setelah Dolar AS juga jatuh. Yen Jepang, sendiri memburuk, dimana USD/JPY mencapai tertinggi baru multi-dekade.
Koreksi Yield Obligasi AS Menjadi Pendorong Kenaikan Harga Emas
Harga emas naik karena penurunan imbal hasil obligasi AS, ditutup dengan naik US$8,40 pada menetap di $1.852,10 per troy ons. Yield obligasi mengalami koreksi menjelang rilis data inflasi AS pada Jumat besok. Diperkirakan inflasi bulan Mei akan naik menjadi 8,2% secara tahunan, karena ekonomi AS tumbuh memanas, meningkatkan ekspektasi untuk tingkat bunga yang lebih tinggi.
Bank-bank Besar Naikkan Proyeksi Harga Minyak Di Semester Kedua
Harga minyak naik setelah proyeksi harga dinaikkan pada semester kedua tahun ini oleh sejumlah bank-bank besar di awal minggu ini. Harga minyak mentah Brent diperdagangkan naik 1,34% hari ini di $121,10. Kenaikan terjadi dibayangi naiknya pasokan minyak mentah AS. Laporan API terkini menunjukkan produksi minyak mentah naik 1,845 juta barel, berbalik dari perkiraan yang meyakini akan turun 1,8 juta barel.
Fokus Pasar Hari Ini
Tidak ada agenda ekonomi yang signifikan akan mempengaruhi perdagangan. Pasar masih akan menantikan data inflasi AS. Bagi pasar, dengan laju inflasi AS yang masih tinggi, The Fed diperkirakan dapat bertindak lebih agresif dalam menaikkan suku bunganya. Potensi penguatan Dolar AS dalam minggu ini sangat terbuka kuat. (LH)