Data Penjualan Ritel AS Mengalami Kontraksi, Bank Sentral Utama Naikkan Suku Bunga Juga
Data Penjualan Ritel AS secara bulanan dilaporkan mengalami kontraksi 0,6%, dari perkiraan awal adalah kontraksi 0,1%. Penurunan permintaan ritel menunjukkan tekanan penurunan yang lebih besar pada inflasi ke depan karena belanja konsumen yang lebih rendah adalah kunci untuk Indeks Harga Konsumen (IHK) yang lebih rendah. Hal ini dapat memaksa produsen untuk memotong harga barang dan jasa di masa yang akan datang. Sementara Federal Reserve AS, Bank of England, Swiss National dan Bank Sentral Eropa telah menaikkans uku bunga sebesar 50 bps. Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh sejumlah bank sentral dalam minggu ini menambah pesimisme pasar minyak atas kesiapan para pembuat kebijakan tersebut dalam menahan suku bun- ga tinggi untuk waktu yang lebih lama, serta kekhawatiran akan inflasi. Akibatnya, kekhawatiran perlambatan ekonomi men- dukung permintaan Dolar AS, sebagai asset safe haven .
Bursa Saham Turun Oleh Aksi Risk Off
Pasar ekuitas masih mengalami penurunan. Indek saham S&P500 berjangka turun sekitar 2,5% setelah investor melihat dampak mendalam pada perusahaan yang sarat utang karena kewajiban bunga yang lebih tinggi. Perusahaan diharapkan untuk menampil- kan penurunan yang signifikan dalam margin operasi mereka. Federal Reserve (Fed) masih belum yakin bahwa pelunakan inflasi akan terus berlanjut di tengah ketatnya pasar tenaga kerja dan meningkatnya Pendapatan Rata-Rata Per Jam.
Dolar AS Melemah Bertahap Paska Reli Oleh Kenaikan Suku Bunga Fed
Indeks Dolar AS (DXY) turun secara bertahap mendekati 104,60. Tergelincir sedikit setelah reli mendekati 104,80 karena investor kembali mendukung risk off di tengah melonjaknya kekhawatiran resesi di ekonomi Amerika Serikat. Dolar AS terlihat menga- baikan data penjualan ritel yang suram tersebut. Rissk Off ini juga mendukung imbal hasil obligasi Treasury AS, yang pada gili- rannya memungkinkan Indeks Dolar AS (DXY) mencetak kenaikan harian terbesar dalam 10 minggu. Pasar kedepannya melihat hasil angka Penjualan Ritel AS di bulan November dan rincian survei manufaktur dari Philadelphia Fed dan New York Fed yang mengecewakan untuk bulan ini . Sedangkan Produksi Industri menurun pada bulan November dan Klaim Pengangguran juga turun untuk pekan yang berakhir pada 09 Desember.
Harga Minyak Kembali Terkoreksi, Bear Siap Ambil Alih Kendali
Minyak mentah WTI turun di dekat $76,20, menyusul pembalikan arah dari puncak mingguan untuk menyambut penurunan. Dengan demikian, para pedagang emas hitam menunggu pembacaan pertama dari nomor aktivitas utama dari ekonomi terkemuka di tengah kekhawatiran resesi. Selain itu, data China yang suram menawarkan kekuatan ekstra bagi penjual minyak karena sta- tus Beijing sebagai salah satu pengguna komoditas terbesar dunia. Penjualan Ritel China merosot ke -5,9% pada bulan November dibandingkan dengan -3,6% yang diharapkan dan -0,5% sebelumnya sementara Produksi Industri mencapai 2,2% dibandingkan dengan perkiraan pasar 3,3% dan pembacaan sebelumnya 5,0%. Akibatnya, bear minyak siap untuk merebut kembali kendali teta- pi menunggu pembacaan awal PMI bulan Desember untuk Inggris, Eropa dan AS untuk arah yang jelas.
Harga Emas Bertahan Diwilayah Koreksi
Harga emas bertahan di dekat $1.7775, dimana logam mulia tetap dalam pantauan penjual menjelang sejumlah data PMI utama dari Inggris, Eropa dan AS untuk bulan Desember. Dengan kenaikan suku bunga serempak 50 bps, menimbulkan kekhawatiran yang lebih tinggi akan membebani harga Emas. Sentimen bearish juga bersumber dari prakiraan masam inflasi dan pertumbuhan.
Fokus Pasar Hari Ini :
Inggris akan merilis angka penjualan ritel, yang diperkirakan turun dari 0.6% menjadi 0.3%. Kemudian angka PMI sektor Jasa dan Manufaktur. PMI jasa diperkirakan mengalami kontraksi tipis dengan turun dari 48.8 menjadi 48.5. Sementara PMI manufaktur akan tetap datar di 46.5. Apabila dilaporkan sesuai dengan ekspektasi, akan menjadi sentimen negatif pada Poundsterling. PMI di sektor jasa dan manufaktur Jerman diperkirakan akan mengalami pertumbuhan tipis meski masih di wilayah kontraksi, yakni PMI di sektor manufaktur akan tumbuh menjadi 46.3 dari 46.2. Sementara PMI di sektor jasa akan mengalami kenaikan dari 46.1 men- jadi 46,4. Hasil yang sesuai dengan ekspektasi atau lebih baik, akan menjadi sentimen positif bagi Euro. PMI AS di sektor jasa akan mengalami pertumbuhan dari 46.2 ke 46.5 dan di sektor manufaktur akan datar diangka 47.7. Data ini menunjukkan kenaikan su- ku bunga FED berhasil meredam inflasi. Hasil yang sesuai ekspektasi akan menjadi beban bagi Dolar AS.