Dollar menguat kemarin, menghentikan penurunan selama seminggu karena setelah pemertintah AS memperketat karantina wilayah dan meluncurkan langkah-langkah moneter dan fiskal untuk memerangi pandemi virus corona. Kekhawatiran tentang penyebaran virus corona dan dampak lockdown terhadap ekonomi masih mendominasi pasar valuta asing, namun pergerakan harga kemarin relatif stabil dan jauh lebih baik daripada sesi-sesi sebelumnya. Dalam dua minggu terakhir, dollar berhasil membukukan penguatan terbesar sejak 2008 karena investor mencari mata uang yang paling likuid, namun minggu kemarin mencatat penurunan mingguan terbesar sejak 2009 setelah stimulus agresif the Fed.
Penguatan dollar membuat mata uang rivalnya yang sebelumnya mengalami penguatan mengalami koreksi kemarin. Euro turun 0,9% menjadi $1.1037 dan sterling juga turun 0,9% menjadi $1.2366. Sementara itu, loonie terus mengalami tekanan karena anjloknya harga minyak, yang sempat jatuh ke level terendah sejak 18 tahun. USD/CAD menguat 1,35% menjadi 1.4165.
Harga emas menguat tipis kemarin setelah setelah perpanjangan pembatasan di AS memperburuk kekhawatiran dampak ekonomi akibat virus corona, mendorong investor melirik aset safe haven. Harga emas spot menguat 0,1% menjadi $1618 per ons. Sementara emas berjangka AS turun 0,2% menjadi $1622 per ons. Sementara itu, bursa saham AS menguat setelah presiden AS mengumumkan paket stimulus sebesar $2,2 triliun minggu lalu. Rendanhnya suku bunga dan kebijakan monter longgar cenderung menguntungkan emas karena kebijakan tersebut mengurangi daya tarik aset berbunga.
Harga minyak dunia jatuh ke level terendah dalam 18 tahun karena kekhawatiran lockdown yang disebabkan virus corona bisa berlangsung berbulan-bulan dan permintaan akan bahan bakar bisa terus menurun. Di sisi lain, produksi minyak Rusia dan Arab Saudi Saudi diperkirakan akan membanjiri pasar minyak bulan depan. Perang harga antara Arab Saudi dan Rusia telah terjadi di awal bulan ini setelah Rusia dan OPEC gagal menyepakati kerjasama pemangkasan output yang sudah dibangun dalam tiga tahun. Upaya untuk negosiasi AS, Arab Saudi dan Rusia juga masih belum membuahkan hasil. Kemarin, Arab Saudi mengatakan akan menngkatkan ekspor minyak menjadi 10,6 juta bph mulai bulan Mei. Sementara itu, pandemi Covid-19 diperkirakan akan menyebabkan setidaknya 20% turunnya permintaan global karena pemerintah dunia telah melakukan lockdown untuk membatasi penyebaran virus. Minyak WTI turun 6,1% menjadi $20,18, setelah sempat turun ke $19,85, terendah sejak Maret 2002. Sementara Brent turun 10% menjadi $22,39.
Saham-saham Asia diperkirakan menguat hari ini setelah penguatan Wall Street semalam yang hampir menutupi kerugian yang diderita di sesi sebelumnya. Saham-saham di Eropa dan AS menguat, yang kemungkinan akan ddiikuti juga oleh saham-saham Asia. Tiga indeks utama Wall Street menguat, dengan Dow Jones naik 3,19%, S&p 500 menguat 3,35% dan Nasdaq bertambah 3,62%.
Fokus Hari Ini:
China pagi tadi sudah merilis data PMI, baik dari sektor manufaktur maupun jasa. Setelah itu, fokus pasar akan tertuju pada beberapa data ekonomi lainnya di berbagai negara. Inggris akan merilis current account, yang diperkirakan defisit 7 miliar poundsterling. Kemudian ada PDB Kanada, yang diperkirakan melambat menjadi 0,1% di Q1-2020 dan data consumer confidence AS, yang diperkirakan turun menjadi 115,1.