Sen. Feb 10th, 2025

Data Ekonomi Perkuat Kenaikan Dolar AS

DOLLAR

Data Ekonomi Isyaratkan Puncak Inflasi Telah Lewat Meski Masih Kuat

Data ekonomi terkini menunjukkan bahwa jumlah klaim pengangguran secara mingguan meningkat 1.000 menjadi 203.000. Klaim lanjutan turun 44.000 menjadi 1,343 juta. Harga produsen naik 0,5% di bulan April; naik 11,0% tahun- ke-tahun. Pada dasarnya, pasar tenaga kerja AS sangat ketat dan para pengusaha tidak mau memberhentikan karyawan yang ada dalam menghadapi kelangkaan tenaga kerja yang ekstrem saat ini. Peningkatan klaim pengangguran terjadi sebagai ekses dari liburan musim semi dan Paskah. Bila melihat kembali pada catatan sebelumnya, terdapat 11,5 juta lowongan pekerjaan pada hari terakhir bulan Maret, dan nonfarm payrolls naik 428.000 pada bulan April, tercatat bahwa 12 bulan berturut-turut kenaikannya, dari kenaikan pekerjaan lebih dari 400.000. Ini menjadi rekor, setelah klaim pengangguran turun dari level tertinggi sepanjang masa 6,137 juta pada awal April 2020. Data lain menyebutkan bahwa indeks harga produsen (PPI) naik 0,5% pada April didorong kenaikan dalam produk energi melambat. Itu menandai perlambatan tajam dari Maret, ketika PPI melonjak 1,6%. Kenaikan ini sejalan dengan ekspektasi awal. Dalam 12 bulan hingga April, PPI naik 11,0% setelah naik 11,5% di Maret. Perlambatan ini serupa pada indek harga konsumen (IHK) bulan lalu, yang mencatat kenaikan terkecil dalam delapan bulan di bulan April. Kenaikan tahunan harga konsumen juga melambat untuk pertama kalinya sejak Agustus lalu. Berdasarkan data IHK dan PPI tersebut, diyakini bahwa indeks harga inti (inflasi) naik sekitar 0,2% di bulan April setelah naik 0,3% selama dua bulan berturut-turut. Itu akan memperlambat peningkatan tahun-ke-tahun menjadi 4,7% dari 5,2% di bulan Maret. Dengan kata lain, bahwa inflasi masih kuat namun telah melewati tingkat puncaknya. Hasil ini memperkuat keyakinan bahwa tidak mungkin Bank Sentral AS akan mengubah jalur kebijakan jangka pendeknya. Oleh sebab itu besar keyakinan bahwa rencana kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin pada masing-masing dari tiga pertemuan berikutnya masih akan tetap dilakukan oleh Federal Reserve.

Aksi Jual Tajam, Wall Street Turun

Ketiga indek bursa saham utama AS bergerak naik-turun sebelum melakukan aksi jual tajam, yang menempatkan S&P 500 mendekati area pasar bearish. Indek Dow Jones turun 507,73 poin, atau 1,59%, S&P 500 turun 61,42 poin, atau 1,56%, dan Nasdaq turun 180,99 poin, atau 1,59.

Data Ekonomi Perkuat Kenaikan Dolar AS

Dolar naik karena ada kekhawatiran bahwa tindakan FED untuk menurunkan inflasi akan menghambat pertumbuhan ekonomi global. Indek DXY naik 0,798% ke 104,840 setelah menyentuh 104,92, level tertinggi sejak 12 Desember 2002. Euro turun 1,38% ke $1,0366 setelah jatuh ke 1,0352, terendah sejak 3 Januari 2017. Yen, menguat 1,47% versus greenback di 128,08 per dolar, sementara Sterling berakhir pada 1,2173 dolar, turun 0,63% setelah serangkaian data ekonomi yang lemah di Inggris.

Penurunan Harga Emas Terbatasi Jatuhnya Yield Obligasi AS

Harga Emas turun karena investor memilih lari ke Dolar AS, didorong ekspektasi bahwa FED akan tetap pada rencana menaikkan suku bunga secara agresif. Harga bursa berjangka AS ditutup turun 1,6% ke $1,824,60. Penurunan dibatasi oleh jatuhnya yield Obligasi AS tenor 10-tahun, terendah dua minggu ini.

Implikasi Penguatan Dolar Akibat Data IHK dan PPI, Mendorong Harga Minyak Turun

Harga minyak mentah Brent turun 6 sen menjadi menetap di 107,45 dolar AS per barel. Harga di bawah tekanan di tengah kegelisahan atas kenaikan suku bunga dan penguatan dolar AS dalam dua dekade, kekhawatiran atas inflasi dan kemungkinan resesi. Kenaikan data IHK dan PPI memicu kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga yang lebih besar, dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini diperkirakan akan secara signifikan akan mengekang pemulihan permintaan hingga 2023. Lebih-lebih setelah lockdown yang diperpanjang di seluruh China, mendorong perlambatan secara signifikan konsumsi minyak.

Fokus Pasar Hari Ini :

Angka pendahuluan dari ekspektasi inflasi AS oleh University of Michigan, hanya mengkonfirmasi inflasi AS yang memang masih kuat dan solid. Begitu juga antisipasi pernyataan dari Loretta Mester terkait sikap hawkish FED, hanya akan memperkuat Dolar AS.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *