Dollar melemah dalam empat minggu berturut-turut karena lemahnya data ekonomi, serta penurunan permintaan karena melonjaknya kasus virus corona telah meragukan kemampuan ekonomi AS untuk cepat pulih dari negara-negara lainnya. Data Jumat lalu menunjukkan sentimen konsumen versi Universitas Michigan turun 73,2 di bulan Juli, di bawah pekiraan penurunan 79,0. Selain data ekonomi, meningkatnya infeksi virus corona di AS juga menjadi pemicu utama pelemahan dolar. AS melaporkan 77.200 kasus pada hari Kamis, kenaikan harian tertinggi, dengan jumlah kematian di atas 138.000, menurut Universitas Johns Hopkins. Di saat AS tengah berjuang melawan virus tersebut, investor mulai mempertanyakan kekuatan pemulihan ekonomi di negara dengan ekonomi terbesar tersebut. Indeks dollar ditutup di 96.01 Jumat lalu, melemah 0,65% selama sepekan.
Euro menguat minggu lalu di tengah harapan bahwa negara-negara Uni Eropa (UE) diperkirakan akan memvoting dana pemulihan 750 miliar euro ($856 miliar) untuk mendukung ekonomi di blok tersebut. Sementara itu, dalam rapatnya minggu lalu, ECB tetap mempertahankan kebijakan. Ketua ECB, Christine Lagarde mengatakan akan menggunakan stimulusnya bahkan ketika ekonomi zona euro mulai rebound.
Harga emas melanjutkan kenaikan mingguannya. Minggu lalu, harga emas berjangka AS naik 0,1%, sementara harga emas spot menguat 0,6%. Harga emas sudah naik sekitar 8% dalam enam minggu berturut-turut. Mega stimulus yang digelontorkan oleh hampir seluruh negara dalam rangka melindungi ekonomi dari kerusakan pandemi Covid-19, telah mendorong permintaan safe haven emas, melambung 19,3% di tahun ini. Di AS, DPR sedang membahas mengenai program bantuan virus corona, demikian juga di Uni Eropa.
Data yang bullish dari EIA serta tekad OPEC+ untuk menertibkan ketidakpatuhan terhadap pemangkasan output telah mendukung harga minyak, namun kekhawatiran mengenai gelombang kedua penyebaran virus membuat harga minyak bergerak mendatar minggu lalu. Di minggu lalu, OPEC+ sepakat untuk melonggarkan pemangkasan output dari 9,7 juta bph menjadi 7,7 bph. Tindakan OPEC+ tersebut masih diterima pasar karena kebijakan tersebut termasuk kompensasi dari negara-negara yang tidak mematuhi kesepakatan sebelumnya. Jadi sebenarnya pengurangan produksi yang efektif hanya turun menjadi 8,1 hingga 8,3 juta bph, bukan 7,7 juta bph. Sementara itu, data bullish dari EIA, yang melaporkan turunnya cadangan minyak sebesar 7,5 juta, turut mendukung sentimen. Namun, di akhir minggu, kekhawatiran mengenai melambatnya permintaan minyak telah membebani sentimen, membuat harga tejebak di kisaran $40.
Indeks saham berjangka bergerak menguat menjelang perdagangan hari ini karena investor fokus pada hasil earning ke depan, prospek stimulus, serta kesaksian kongres dari pengembang vaksin Covid-19. Minggu lalu, bursa saham AS berfluktuatif, meski S&P 500 dan Dow Jones naik dalam tiga minggu berturut-turut. Sementara indeks Nasdaq terkoreksi setelah penguatan di sesi-sesi sebelumnya.
Fokus Minggu ini: Lowe, Retail Sales Kanada, Australia, Inggris & PMI
Di minggu ini pelaku pasar akan kembali disibukkan oleh beberapa data ekonomi penting, serta event. Di awal minggu, investor akan merespon hasil pertemuan negara-negara Uni Eropa. Kemudian, dilanjutkan dengan RBA minutes dan pidato ketua RBA Phillip Lowe. Sementara data ekonomi yang layak disimak antara lain; retail sales Kanada, Australia dan Inggris, serta PMI manufaturing dan jasa dari negara-negara maju.