Mata uang dollar AS melemah dari level tertinggi dua minggunya kemarin karena aksi profit menjelang data non-farm payroll hari Jumat, yang diperkirakan akan menunjukkan hilangnya pekerjaan besar-besaran di tengah pandemi Covid-19 yang telah merusak ekonomi global. Dollar melemah atas euro, Swiss franc dan beberapa mata uang komoditas, seperti ausie dan loonie. Namun, selama selama minggu ini dollar masih menguat sekitar 0,9%. Ekonomi AS diperkirakan kehilangan sekitar 22 juta pekerjaan di April, dengan tingkat pengangguran 16%, menurut jajak pendapat Reuters. Sementara data kemarin menunjukkan sebanyak 3,169 juta warga AS yang mengajukan tunjangan pekerjaan. Dollar masih menguat setelah rilis data tersebut, namun kemudian turun karena profit taking.
Euro berhasil pulih setelah jatuh ke level terendah dua minggu kemarin di tengah ketidakpastian stimulus ECB dan setelah keputusan Mahkamah Tinggi Jerman. EUR/USD menguat 0,3% menjadi $1.0825. Sementara itu, sterling menguat 0,3% atas dollar menjadi 1.2373 setelah BoE meeting, yang memutuskan mempertahankan suku bunga dan tidak menambah besaran pembelian obligasi.
Buruknya data ekonomi di berbagai negara dan kondisi tenaga kerja di AS, di mana jutaan warga AS terus mengajukan klaim tunjangan pengangguran, mendorong investor untuk kembali melirik emas untuk asset lindung nilai, bahkan ketika bursa saham mengalami penguatan. Harga emas berjangka menguat 2,2% menjadi $1725,80, sementara harga emas spot menguat 2% menjadi $1718,18. Data semalam menunjukkan jobless claims AS kembali naik 3,17 juta, menjadikan total orang yang mengajukan klaim tunjangan menjadi 33 juta sejak krisis pandemi Covid-19 melanda AS. Selain itu, emas diuntungkan oleh pelemahan dollar.
Harga minyak turun dalam dua sesi berturut-turut setelah gagal bertahan di atas level resistance $25 per barel. Harga minyak jenis WTI turun 1,8% menjadi $23,55 per barel, setelah sempat menyentuh level tertinggi harian di $26,73. WTI sudah naik dua kali lipat dari level bawahnya di $12,34 yang diraih pada tanggal 28 April. Sementara minyak jenis Brent turun 1% menjadi $29,00 per barel, setelah sempat menyentuh level tertinggi harian di $31,84. Harga sempat reli kemarin setelah laporan Reuters yang menyebutkan bahwa Aramco menaikkan harga jual minyaknya sebesar $1,40 per barel. Kenaikan harga juga didukung oleh optimisme dibukanya kembali aktifitas ekonomi di beberapa negara bagian AS setelah lockdown enam minggu untuk memitigasi penyebaran virus corona. Namun begitu, isu oversupply serta penuhnya penyimpanan masih memperberat sentimen minyak.
Bursa saham di Korea Selatan telah mengalami penurunan dalam tiga sesi berturut-turut dan membukukan pelemahan sekitar 3,1%. Hari ini, indeks Kospi diperkirakan rebound menyusul penguatan bursa saham global di tengah optimisme mengenai relaksasi lockdown di berbagai negara. Bursa saham di AS dan Eropa menguat kemarin, dan bursa Asia diperkirakan bergerak searah dengan kedua bursa saham tersebut.
Fokus Hari Ini : Data Ketenagakerjaan AS & Pidato Lagarde
Data ketenagakerjaan AS merupakan data yang paling ditunggu pelaku pasar. Data tersebut diperkirakan akan menunjukkan suramnya pertumbuhan lapangan kerja AS di April, dengan non-farm payroll diperkirakan kontraksi 21 juta, tingkat pengangguran menjadi 16% dan pertumbuhan upah di angka 0,3%. Namun sebelum itu, ada pidato dari ketua ECB Christine Lagarde.