Dolar jatuh ke posisi terendah dua minggu pada hari Selasa karena membaiknya sentimen risk on di tengah kenaikan pasar saham dan imbal hasil obligasi AS. Dolar sebelumnya naik karena Demokrat di Kongres AS beralih ke paket bantuan COVID-19 senilai $1,9 triliun dari Presiden Joe Biden. Tetapi beberapa analis mengatakan pengeluaran fiskal besar-besaran dan kebijakan moneter the Fed yang sangat longgar pada akhirnya akan menjadi hambatan besar bagi dolar. Saham di Wall Street menguat, sementara benchmark imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik mendekati tertinggi Maret 2020 pada hari Senin karena investor bertaruh bahwa pemulihan ekonomi AS akan lebih cepat daripada negara lainnya. Indeks dolar melemah 0,6% menjadi 90,54. Data pekerjaan AS yang mengecewakan pada hari Jumat menghentikan reli dua minggu yang telah mengangkat dolar ke level tertinggi lebih dari dua bulan di 91,60.
Loonie Kembali Terangkat oleh Lonjakan Harga Minyak
Loonie menguat ke level tertinggi dua minggu atas greenback berkat kenaikan harga minyak dan pelemahan dolar AS secara umum. Mata uang tersebut sempat menyentuh level terkuat sejak 27 Januari di 1,2694. Minyak, yang merupakan salah satu ekspor Kanada, memperpanjang reli untuk sesi ketujuh, didukung oleh pengurangan pasokan dan optimisme atas pemulihan permintaan bahan bakar.
Prospek Stimulus & Pelemahan Dollar Angkat Emas
Harga emas naik ke level tertinggi satu minggu kemarin setelah dolar AS jatuh di tengah harapan lebih banyak stimulus fiskal AS, meningkatkan daya tariknya sebagai lindung nilai inflasi. Harga emas spot naik 0,3% menjadi $ 1,835.24 per ounce, setelah mencapai level tertinggi sejak 2 Februari di $ 1,848.40 pada awal sesi. Sementara emas berjangka AS ditutup naik 0,2% menjadi $ 1,837,50.
Minyak Naik ke Level Tertinggi 13 Bulan
Harga minyak menguat pada hari Selasa untuk kenaikan tujuh sesi berturut-turut, menyentuh tertinggi 13- bulan karena investor terus bertaruh bahwa permintaan bahan bakar akan naik, sementara OPEC dan produsen minyak lainnya membatasi pasokan. Minyak telah menguat sejak November karena vaksin COVID- 19 didistribusikan di seluruh dunia, dan karena pemerintah dan bank sentral menerapkan paket stimulus besar untuk meningkatkan aktivitas ekonomi. Sementara itu, Eksportir minyak terbesar, Arab Saudi membatasi pasokan pada bulan Februari dan Maret, di samping pemotongan oleh para produsen OPEC dan non-OPEC, mendorong perkiraan defisit pasokan tahun ini. Harga juga naik setelah dolar jatuh ke level terendah satu minggu, membuat komoditas dalam denominasi greenback lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya. Harga minyak Brent naik 0,9% menjadi $ 61,06 per barel. WTI naik 0,7% di 58,36.
Wall Street Variatif, Nasdaq Kembali Cetak Rekor
Wall Street bergerak variatif kemarin, dengan indeks Nasdaq kembali mencetak rekor. Sedangkan indeks Dow Jones dan S&P 500 terkoreksi karena investor beralih dari saham-saham berkapitalisasi besar ke sektor lain yang dipandang mendapat manfaat dari anggaran stimulus US$ 1,9 triliun yang diusulkan Presiden AS Joe Biden. Indeks Dow Jones terkoreksi 0,03%, S&P 500 -0,11%, sementara Nasdaq Composite naik 0,14%.
Fokus Hari ini : Powell, CPI AS & EIA
Ketua the Fed Jerome Powell akan menyampaikan pidatonya pada forum Economic Club via online pada Kamis dini hari nanti. Pelaku pasar mungkin akan mencari petunjuk baru mengenai arah kebijakan, meski sudah berulang kali Powell mengatakan bahwa kebijakan the Fed masih akan akomodatif hingga ekonomi benar-benar pulih. Namun sebelum itu ada data inflasi dan cadangan minyak dari AS.