Pasar Masih Dibayangi Kecemasan, saham Tesla Justru Turun
Pelaku pasar masih cemas, mengantisipasi laporan emiten. Risk Aversion dapat terus berlanjut, dimana pasar akan berusaha mengamankan diri dengan meilih asset-aset safe haven seperti Dolar AS dan Emas. Inflasi yang masih tinggi ditambah dengan penguncian di China membuat investor was-was. Diyakini sejauh ini belum ada sinyal perlambatan langsung terhadap pertumbuhan atau inflasi. Namun jika penguncian berlanjut, akan mempengaruhi ekonomi China dan berdampak pada rantai pasokan global. Buntut pembelian Twitter oleh CEO Tesla, Elon Musk secara tunai telah mendorong saham teknologi naik, disisi lain saham Tesla justru merosot 12%. Pasar khawatir bahwa Musk mungkin menjual sebagian sahamnya untuk menutup pembelian ini. Penurunan ini mendorong Nasdaq dan S&P 500 turun. Sementara Imbal hasil Treasury AS tergelincir karena ketidakpastian seputar perang di Ukraina dan upaya Fed untuk menurunkan inflasi. Yield turun menjadi 2,73%.
Risk Appetite Teredam kehati-hatian Investor, Wall Street Kembali Turun
Bursa saham AS terkoreksi kembali, bahkan Nasdaq membukukan penurunan satu hari tertajam sejak September 2020. Para investor berhati-hati menunggu laporan pendapatan sejumlah emiten di sektor teknologi AS, selain mengkhawatirkan pertumbuhan global yang terganggu. Penguncian di China dan rencana kenaikan suku bunga FED membuat risk appetite teredam. Nasdaq, ditutup pada level terendah sejak akhir 2020, turun 3,95% menjadi 12.490,74. Dow Jones turun 2,38% ke 33.240,18 poin, sementara S&P 500 turun 2,81% ke 4.175,2.
Dolar AS Naik, Sejumlah Data Ekonomi Mengkonfirmasi Kesehatan Ekonomi AS
Dolar AS naik 0,63%, terlepas dari penurunan kecil lainnya terhadap yen, menjelang rilis beberapa laporan data penjualan rumah, dan indek kepercayaan konsumen. EUR/USD turun ke 1,0694 oleh sepinya kalender ekonomi Eropa. GBP/USD turun ke 1,2715 dimana juga tidak ada data Inggris. Pasar mengharapkan kenaikan suku bunga lagi pada pertemuan BoE pada 5 Mei, dengan kemungkinan kenaikan 50 basis poin. USD/JPY tergelincir ke 127,6506 dari 128,1329. Data terkini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran Jepang turun pada bulan Maret ke level terendah sejak awal pandemi. BoJ melakukan pertemuan di Rabu – Kamis, diperkirakan akan mempertahankan kebijakan suku bunga ultra-rendah dan aksi pembelian sekuritas tak terbatasnya.
Harga Emas Berbalik Setelah Mengalami Oversold
Emas sedikit pulih dengan berbalik arah dari level terendah lebih dari satu bulan. Dorongan kenaikan terjadi karena investor kembali mencari perlindungan dari kekhawatiran terhentinya pertumbuhan ekonomi global akibat lonjakan inflasi. Pada perdagangan di bursa berjangka AS, harga emas ditutup naik 0,4% pada $1.904,1. Aksi Buy on dip dilakukan investor setelah harga emas dipandang mengalami oversold. Pasar memanfaatkan momentum penguncian di China, perang di Ukraina dan tingginya inflasi sebagai alasan kembali melirik emas sebagai asset safe haven.
Harga Minyak Reboud, Waspadai Kenaikan Pasokan AS
Harga minyak rebound dimana Brent ditutup naik $2,67, atau 2,6%, ke $104,99 per barel, minyak WTI AS naik $3,16, atau 3,2%, ke $101,70. Bagi para pialang minyak, waspadai kenaikan pasokan minyak mentah AS yang diperkirakan akan naik dari minus 8 juta barel menjadi surplus 0.1 juta barel. Kenaikan pasokan ini akan menjadi sentimen negatif bagi harga minyak yang tengah tertekan oleh Dolar AS.
Fokus Hari Ini :
Data CPI dari Australia pagi ini akan dirilis, diyakini akan mengalami kenaikan dari 1.3% menjadi 1.7% dari kwartal sebelumnya. Kenaikan data ini dapat memberikan sentimen positif bagi Aussie dalam perdagangan AUD/USD. Disisi lain, akan dirilis data Iklim Konsumen oleh GfK Jerman yang angkanya mengalami penurunan dari minus 15.5 menjadi 16,1. Kemerosotan ini akan membuat Euro makin tertekan dalam perdagangan EUR/USD. Data penjualan rumah yang tertunda di AS, diperkirakan akan mengalami kenaikan dari minus 4.1% menjadi hanya minus 1%. Kabar baik ini akan menjadi sentimen positif bagi Dolar AS yang kini makin kokoh di posisi tertinggi dua tahun ini atas lawan-lawannya. Sementara pernyataan dari Presiden ECB Lagarde, layak disimak untuk menilai rencana kebijakan moneter bagi bank sentral Eropa ini. (LH)