Dolar Amerika Serikat (AS) merosot pada hari Selasa dan mata uang berisiko termasuk dolar Australia naik setelah saham AS stabil, yang mencerminkan meningkatnya minat terhadap risiko. Greenback telah diuntungkan dari volatilitas saham baru-baru ini, yang diguncang pekan lalu oleh lonjakan dalam imbal hasil utang pemerintah AS. Treasury telah stabil minggu ini, dengan benchmark imbal hasil bertahan di bawah tertinggi minggu lalu, membantu memulihkan ketenangan pasar. Kenaikan imbal hasil terjadi karena pasar khawatir bahwa pemulihan ekonomi dari dampak pandemi COVID-19, yang dikombinasikan dengan stimulus fiskal, akan menyebabkan lonjakan inflasi dan kemungkinan pengetatan yang lebih cepat dari Federal Reserve. Indeks dolar turun 0,31% menjadi 90,731, setelah sebelumnya mencapai tertinggi tiga minggu di 91,396. Sementara Euro naik 0,36% menjadi $1.2092.
Ausie Menguat Berkat Sentimen Risk-On
Mata uang berisiko termasuk dolar Australia terus mengalami rebound dari aksi jual minggu lalu, dengan Aussie juga menguat setelah Reserve Bank of Australia (RBA) berkomitmen kembali untuk mempertahankan suku bunga pada posisi terendah dalam sejarah. AUD/USD menguat 0,77% meskipun $ 0,7831, meskipun tetap di bawah tertinggi tiga tahun $0,8007 yang dicapai pada hari Kamis.
Emas Rebound Setelah Dolar dan Yield Obligasi AS Tuun
Harga emas rebound pada hari Selasa, naik dari level terendah lebih dari delapan bulan, berkat penurunan dolar dan Imbal hasil Treasury AS, mengangkat permintaan safe have untuk logam. Harga spot emas naik 0,8% menjadi $1,736.46 per ounce, setelah jatuh ke $1.706.70 sebelumnya, terendah sejak 15 Juni. Sementara emas berjangka AS ditutup naik 0,6% menjadi $ 1,733.60 per ons.
Minyak Jatuh Karena Ekspektasi Peningkatan Output
Harga minyak turun ke level terendah dalam dua minggu pada hari Selasa di tengah ekspektasi produsen OPEC+ akan melonggarkan pembatasan pasokan pada pertemuan mereka akhir pekan ini karena ekonomi mulai pulih dari krisis virus korona. Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan prospek permintaan minyak terlihat lebih positif, terutama di Asia. Harga minyak Brent turun 1,6% menjadi $62,70 per barel, penutupan terendah sejak 12 Februari. Sementara WTI turun 1,5% menjadi $59,75, penutupan terendah sejak 19 Februari. WTI telah turun sekitar 6% sejak 25 Februari ketika ditutup pada level tertinggi sejak Mei 2019. Harga juga turun setelah data dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) menunjukkan peningkatan besar dalam stok minyak mentah pekan lalu, namun penurunan yang jauh lebih besar dari perkiraan dalam persediaan produk kilang membantu membendung kerugian.
Wall Street Melemah Karena Aksi Jual Saham Teknologi
Bursa saham di Wall Street melemah karena penurunan saham Apple dan Tesla. Harga saham Apple merosot sekitar 2% dan Tesla turun lebih dari 4%, dimana kedua saham berkontribusi paling besar pada penurunan S&P 500 pada Selasa. Menutup perdagangan Selasa, indeks Dow Jones turun 0,46% menjadi 31.391,52 poin. Indeks S&P 500 turun 0,81% menjadi 3.870,29. Sedangkan Nasdaq turun 1,69% menjadi 13.358,79.
Fokus Hari ini : UK Budget, ADP & Service PMI AS, EIA
Di pasar Eropa, Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak akan mempresentasikan RAPBN Inggris yang baru hari ini. Event ini juga dikenal sebagai Spring Statement, yang akan berisikan proyeksi ekonomi terbaru. Jika ada pernyataan bullish, akan menguatkan pound. Sementara di AS ada data AP non-farm employment change dan ISM service PMI. Kemudian ada data cadangan minyak dari EIA.