Dollar menguat atas mata uang dunia lainnya kemarin, khususnya mata uang berbasis komoditas, di tengah anjloknya harga minyak. Mata uang yang sensitif dengan pergerakan minyak mengalami tekanan atas dollar, dengan dollar AS menguat 0,36% atas loonie, sementara krona Norwegia dan peso Meksiko anjlok 1,3% atas greenback. Dollar juga menguat menjelang KTT Uni Eropa online, yang akan membahas bagaimana mengatasi dampak ekonomi dari krisis pandemi Kamis mendatang. Perbedaan pendapat kemungkinan akan terjadi, khususnya terkait coronabonds, yang dituntut oleh negara-negara anggota Uni Eropa Selatan. Analis melihat bahwa rendahnya ekspektasi terhadap kesepakatan anggota KTT bisa menekan euro dalam jangka pendek. Indeks dollar menguat 0,19% menjadi 100,02.
Dollar Kanada (loonie) menjadi salah satu mata uang yang terpukul dengan turunnya harga minyak. Perusahaan-perusahaan minyak di Kanada dan AS telah terguncang oleh turunnya harga minyak, namun penurunan kali ini ini akan memicu bangkrutnya perusahaan minyak, yang berpotensi melemahkan loonie.
Harga emas naik sekitar 1% kemarin, setelah sempat turun ke level terendah satu minggu karena turunnya harga minyak yang turun ke level terendah dalam 21 tahun, memukul sentimen risk appetite dan mendorong peralihan dana ke aset safe haven. Haga emas spot menguat 0,5% menjadi $1692,26, setelah sempat turun ke level terendah sejak 9 April di 1670,50. Sementara emas berjangka naik 0,7% menjadi 1711,20. Kejatuhan harga minyak telah memukul bursa saham global, mengangkat aset safe haven. Meski begitu, menurut jajak pendapat reuters, harga emas kemungkinan akan konsolidasi di bawah level tertingginya saat ini karena penguatan dollar dan lemahnya konsumsi ritel.
Harga minyak jenis WTI kembali jatuh ke level terendah dalam 20 tahun kemarin. Minyak berjangka WTI untuk pengiriman Mei sempat anjlok 36% hingga menyentuh level US$ 11 per barel, sedangkan kontrak pengiriman Juni turun 8% ke US$ 22.78 per barrel dan pengiriman Juli tertekan 5%. Turunnya harga minyak tersebut disebabkan karena kekhawatiran bahwa penyimpanan minyak mentah AS akan segera penuh. Menurut laporan Reuters, volume minyak yang disimpan di titik pengiriman untuk kontrak WTI AS di Oklahoma, meningkat karena kilang kembali beroperasi di tengah lemahnya permintaan. Minyak dalam penyimpanan tanker diperkirakan mencapai 160 juta barel. Harga jatuh meski OPEC+ baru-baru ini sepakat untuk memangkas output sebesar 9,7 juta bph untuk menstabilkan harga. Namun karena pandemic Covid-19, yang menyebabkan turunnya permintaan, harga minyak terus mengalami penurunan.
Saham Asia diperkirakan akan mengikuti gerak Wall Street yang melemah akibat anjloknya harga minyak ke teritori negatif karena lemahnya permintaan di tengah pandemi Covid-19 yang merusak ekonomi global. Bursa saham global jatuh dan obligasi naik setelah minyak berjangka bulan kontrak Mei anjlok 306% ke level terendah sepanjang masa. Indeks Nikkei turun 2,02, sementara indeks MSCI global melemah 1,15%.
Fokus Hari Ini :
RBA Minutes & Sentimen Konsumen Jerman
Reserve Bank of Australia (RBA) akan merilis minutes-nya, yang merupakan notulen dari rapat bulan Maret. Dalam rapatnya tersebut, RBA mempertahankan suku bunga di 0,25%. Jika ada nada pesimis yang terlontar dari minutes tersebut, kemungkinan bisa memukul sentimen ausie. Fokus lainnya adalah sentimen konsumen Jerman versi ZEW, kemudian ada existing home sales AS.