Dollar mengakhiri reli 2 minggu berturut-turut di tengah ekpektasi suku bunga the Fed akan tetap rendah dalam waktu yang lebih lama. Menjelang perdagangan akhir pekan, dollar cenderung lesu, terutama setelah rapat the Fed yang tetap mempertahankan kebijakannya. Dalam rapat minggu lalu, the Fed mengisyaratkan bahwa suku bunga masih akan bertahan di level terendah hingga tahun 2023 dan inflasi tidak mungkin naik di atas level 2% pada saat itu. Dollar semakin tertekan karena ketidakpastian stimulus fiskal di kongres. Para ekonom memperingatkan bahwa kurangnya dukungan fiskal bisa menghentikan rebound ekonomi saat ini. Indeks dollar, yang mengukur bobot dollar atas enam mata uang utama dunia lainnya melemah sebesar 0,25% pekan lalu, berakhir di level 93,00.
Poundsterling menguat minggu lalu berkat pelemahan dollar. Meski begitu, penguatan sterling dibatasi oleh kekhawatiran no deal Brexit, meski beberapa data ekonomi Inggris dirilis lebih baik dari perkiraan, seperti data ketenagakerjaan dan retail sales. Sementara itu, dalam rapat minggu lalu, BoE tetap mempertahankan kebijakan . GBP/USD melemah 0,37% hari Jumat, namun tetap menguat 0,95% selama sepekan.
Harga emas menguat dalam dua minggu berturut-turut, diuntungkan oleh pelemahan dollar. Harga emas berjangka naik 0,6% menjadi $1949,49 pada hari Jumat. Selama sepekan harga emas berjangka hanya naik sekitar $2, namun cukup menghantarkannya di wilayah positif. Sementara emas spot naik sekitar 0,7% pekan lalu. Emas mencoba bangkit setelah lengser dari level tertinggi sepanjang masa di Agutus. Namun, indeks dollar yang bertahan di level 93.00 meredam penguatannya, meski ada nada dovish dari The Fed.
Setelah jatuh dalam 2 minggu berturut-turut, harga minyak bangkit minggu lalu dan kembali bertahan di atas $40 per barel. Kenaikan harga didukung oleh terhentinya produksi minyak di AS menyusul Badai Sally yang menerjang kawasan Teluk Meksiko. Badai tersebut telah menghentikan sekitar 27% produksi miyak dan gas. Selain itu, data dari EIA yang menunjukkan penurunan cadangan minyak mentah sebesar 4,4 juta barel untuk minggu lalu turut mendorong harga. Terakhir, minyak naik setelah pernyataan Arab Saudi yang akan menghukum anggota yang tidak patuh karena mencoba menipu pasar dengan kelebihan produksi, dan memberikan penundaan hingga Desember untuk menebus kelebihan produksi sejauh ini. Arab Saudi juga memperingatkan spekulan untuk tidak bertaruh melawan OPEC. Selama sepekan, harga minyak jenis WTI menguat sebesar 0,98%, berakhir di level 40.96. Sementara jenis Brent menguat 8,5% di level 43,09.
Penurunan saham-saham teknologi mendorong tiga indeks utama Wall Street turun dalam tiga pekan berturut-turut. Di minggu lalu, indeks Dow Jones melemah 0,03%, S&P 500 merosot 0,64% dan Nasdaq turun 0,56%. Di awal bulan September, saham-saham teknologi telah mencapi puncaknya. Untuk itu, telah terjadi rotasi portofolio dari sektor teknologi ke sektor lainnya.
Fokus Minggu: Powell, Bailey Mnuchin & Data PMI
Beberapa event, serta data ekonomi akan kembali mewarnai pergerakan pasar keuangan di minggu. Beberapa pejabat bank sentral akan menyampaikan pidatonya, diantaranya ketua the Fed, Jerome Powell dan BoE Andrew Bailey. Selain itu, ada juga pidato darri Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. Ada juga rapat bank sentral, yaitu RBNZ dan SNB. Sementara data yang akan jadi fokus adalah PMI di beberapa negara besar.