Indeks Dolar AS Lengser dari Level Tertinggi 7 Minggu
Indeks dolar AS turun dari level tertinggi tujuh minggu di atas 105 karena para investor mencerna data ekonomi terbaru dan mencoba untuk mengukur langkah-langkah kebijakan moneter berikutnya. Data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan meningkatkan prospek suku bunga tetap lebih tinggi lebih lama karena Federal Reserve memerangi inflasi yang membandel. Para investor sekarang telah memperkirakan setidaknya tiga kali kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin tahun ini dan melihat suku bunga akan mencapai puncaknya di sekitar 5,5% pada bulan Juni. Para pelaku pasar kini menantikan lebih banyak lagi data ekonomi AS, seperti kepercayaan konsumen, survei manufaktur ISM, dan pendapatan perusahaan. Sementara itu, pesanan barang tahan lama turun lebih dari yang diperkirakan di bulan Januari.
Pending Home Sales AS Naik Melebihi Perkiraan
Pending home sales AS secara tak terduga melonjak 8,1% (m/m) di Januari, menyusul revisi turun 1,1% pada Desember dan mengalahkan perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan 1%. Ini adalah kenaikan terbesar sejak Juni 2020, dengan penandatanganan kontrak meningkat di keempat wilayah utama, karena pembeli merespons keterjangkauan yang lebih baik dari penurunan suku bunga KPR pada Desember dan Januari.
Emas Naik Berkat Koreksi Dolar AS
Harga emas naik pada hari Senin seiring pelemahan dolar, namun kekhawatiran akan kenaikan suku bunga lebih lanjut dari Federal Reserve AS membuat emas batangan tetap berada di dekat level terendah dalam dua bulan terakhir. Emas spot naik 0,4% menjadi $1,817.69 per ons. Indeks dolar turun 0,5% setelah mencapai puncak tujuh minggu, membuat emas menjadi lebih murah bagi pembeli luar negeri.
WTI AS Turun Karena Kekhawatiran Permintaan
Minyak WTI AS turun sekitar 1% pada kisaran $75 per barel pada hari Senin, karena kekhawatiran yang masih ada tentang penurunan permintaan yang didorong oleh resesi, mengimbangi prospek pasokan global yang lebih ketat. Data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan meningkatkan kekhawatiran akan kenaikan suku bunga The Fed yang dapat membebani permintaan pada saat cadangan minyak terus meningkat. Sementara itu, laporan EIA terbaru juga menunjukkan bahwa persediaan AS naik 7,648 juta barel menjadi 850,6 juta pada pekan yang berakhir 17 Februari, level tertinggi sejak September. Di sisi lain, beberapa sentimen masih mendukun harga minyak, seperti Rusia yang mengumumkan rencananya untuk memangkas ekspor minyak dari pelabuhan-pelabuhan di bagian baratnya hingga 25% di bulan Maret, melebihi pembatasan produksi yang diumumkan sebelumnya sebesar 500.000 barel per hari. Selain itu, investor memperkirakan impor minyak China akan mencapai rekor tertinggi pada tahun 2023 di tengah meningkatnya permintaan bahan bakar transportasi dan kilang-kilang baru mulai beroperasi.
Indeks Saham Future AS Menguat Hari Selasa, Masih Turun di Februari
Saham berjangka AS menguat pada hari Selasa setelah sesi positif di Wall Street selama sesi reguler hari Senin, meskipun tiga indeks utama berada di jalur penurunan bulanan karena solidnya data-data ekonomi AS telah memperkuat argumen pengetatan kebijakan moneter The Fed. Pada perdagangan reguler hari Senin, indeks Dow Jones naik 0,22%, S&P 500 menguat 0,31% dan Nasdaq Composite naik 0,63%.
Fokus Hari Ini : Pidato Ueda, PDB Kanada & Consumer Confidence AS
Hari ini calon gubernur Bank of Japan (BoJ) Kazuo Ueda kembali akan tampil di publik. Ini merupakan pidato keduanya setelah di hari Jumat lalu, pasar yang berharap hawkish mengenai kebijakan moneternya, tidak mendapatkannya. Jepang juga akan merilis data inflasi, di mana core CPI diperkirakan naik 3,1%. Di tempat lain, ada data PDB Kanada dan consumer confidence AS, serta pidato tiga pejabat Bank of England (BoE).