Dollar menguat kemarin karena faktor safe haven di tengah kekhawatiran mengenai meningkatnya jumlah infeksi virus corona di beberapa negara bagian AS, serta meningkatnya ketegangan dagang antara AS dan Uni Eropa. Gubenur New York, New Jersey dan Connecticut Rabu lalu memerintahkan wisatawan dari delapan negara bagian AS lainnya untuk dikarantina selama dua minggu ketika mereka datang untuk mencegah penularan. Pasar mata uang saat ini dipengaruhi oleh pergerakan pasar saham karena perubahan sentimen risiko. Sementara itu, ketegangan dagang antara AS dan Uni Eropa yang kembali mencuat setelah AS berencana menaikkan tarif 3,5 miliar atas produk Uni Eropa, telah membebani sentimen atas aset berisiko. Untuk itu, dollar tetap bertahan dan mencatat penguatan 0,17% menjadi 97,40.
Euro melemah kemarin karena aset berisiko di kawasan tersebut, termasuk obligasi Italia turun dan setelah ECB menantang pengadilan Jerman atas rencana pencetakan uang. Sementara itu, ECB meluncurkan kebijakan fasilitas repo untuk menyediakan likuiditas euro kepada bank-bank sentral di luar Wilayah Euro, dalam langkah lain untuk mendukung ekonomi dan mendanai pasar di tengah pandemi coronavirus.
Harga emas bertahan kemarin setelah terkoreksi karena profit taking. Pasar masih melirik emas di tengah potensi gelombang kedua penyebaran virus corona di AS dan seluruh dunia, serta prospek pertumbuhan, yang meningkatkan permintaan safe haven atas logam mulia tersebut. Meski begitu, penguatan emas ini dibatasi oleh aliran dana safe haven ke dollar. Analis melihat bahwa ketika terjadi koreksi pada harga emas, merupakan kesempatan untuk aksi beli.
Harga minyak menguat kemarin setelah turun dalam dua hari berturut-turut, namun kekhawatiran mengenai meningkatnya jumlah virus corona di AS masih membayangi sentimen minyak. Ada beberapa kemajuan pada data ekonomi AS dan komentar dari Gedung Putih telah membantu menenangkan kekhawatiran pasar mengenai prospek jangka pendek untuk ekonomi. Data semalam menunjukkan durable goods naik tajam 15,8% di Mei, lebih baik dari perkiraan kenaikan 10,3%. Sementara jobless claims juga turun minggu lalu menjadi 1,48 juta dari 1,54 juta di minggu sebelumnya. Sementara itu, proyeksi IMF mengenai suramnya prospek ekonomi sempat membuat harga minyak jatuh. IMF memperkirakan ekonomi global akan terkontraksi 4,9%. Proyeksi tersebut lebih rendah hampir 2% dari proyeksi tiga bulan sebelumnya. Dari sisi produksi, output global tetap terkendali setelah OPEC berkomitmen untuk mematuhi pemangkasan output tahun ini, dengan tujuan menghindari kejatuhan harga.
Saham-saham Asia bersiap menguat hari ini karena sentimen global masih optimis, meski dibayangi kekhawatiran mengenai meningkatnya jumlah kasus baru virus corona. Kasus-kasus virus corona di AS melonjak dalam beberapa hari terakhir, dengan Texas menghentikan pembukaan kembali ekonomi ketika jumlah infeksi COVID-19 dan rawat inap melonjak di negara bagian itu.Indeks Nikkei menguat 0,13%.
Fokus Hari Ini : Core PCE & Sentimen Konsumen AS
Setelah Jepang merilis data inflasi bulan Juni yang melambat 0,3% (YoY) , giliran AS juga akan merilis data tersebut, di mana Core PCE Price Index, yang merupakan acuan inflasi the Fed, diperkirakan membaik menjadi 0,0% di Mei, dari bulan sebelumnya yang -0,4%. Masih dari AS, ada data personal spending, yang tumbuh menjadi 8,9% dan sentimen konsumen bulan Juni yang diperkirakan naik menjadi 79,1.