Dolar Amerika Serikat (AS) bergerak mendatar atas mata uang utama dunia lainnya pada hari hari Jumat, tetapi masih berterngger dekat level tertinggi empat bulan, di tengah optimisme yang berkelanjutan tentang ekonomi AS, dan hampir melampaui level tertinggi 10 bulan terhadap yen Jepang. Indeks berada di level di 92,7200, menutup kenaikan mingguan 0,7%. Itu mengabaikan data yang menunjukkan bahwa belanja konsumen baru-baru ini turun. Minggu lalu, klaim pengangguran AS turun ke level terendah satu tahun dan Presiden Joe Biden mengatakan dia akan menggandakan rencana vaksinasi setelah mencapai target sebelumnya yaitu 100 juta suntikan, 42 hari lebih cepat dari jadwal. Kedua sentimen tersebut mendukung optimisme tentang dolar. Dollar mengabaikan data Jumat lalu, yang menunjukkan consumer spending turun lebih jelek dari perkiraan di Februari, serta core PCE yang juga dirilis lebih rendah dari perkiraan.
Poundsterling Ungguli Euro
Pound menguat pada hari Jumat, bahkan setelah para pemimpin Eropa meningkatkan peringatan tentang pembatasan ekspor vaksin, dengan pelaku pasar umumnya optimis tentang peluncuran vaksin Inggris dan prospek ekonomi. Penguatan terling versus euro tahun ini sebagian besar disebabkan oleh peluncuran vaksin yang lebih cepat di Inggris, dibandingkan dengan Eropa. Selama sepekan, sterling unggul 0,4% atas euro.
Naik Tipis di Jumat, Emas Masih Turun 0,8% Dalam Sepekan
Harga emas naik tipis pada hari Jumat, namun kenaikan dollar dan imbal hasil Treasury AS menempatkan logam mulia tersebut di jalur penurunan mingguan pertama dalam tiga minggu. Harga spot emas naik tipis 0,3% menjadi $1.732,11, tetapi turun 0,8% minggu ini. Sementara Emas berjangka AS ditutup naik 0,4% pada
$ 1.732.30. Penguatan dollar menjadikan harga emas lebih mahal bagi pemegang mata uang non-dolar AS.
Kekhawatiran Terganggunya Pasokan Dukung Minyak
Harga minyak naik lebih dari 4% pada hari Jumat di tengah kekhawatiran pasokan minyak mentah global dan produk olahan dapat terganggu dalam waktu yang lama karena pekerja mencoba mengeluarkan kapal kontainer raksasa yang memblokir Terusan Suez. Harga minyak Brent naik 4,2%, menjadi $64,57 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) naik 4,1%, menjadi $60,97 per barel. Selama sepekan, Brent naik 0,1%, sedangkan WTI turun 0,7%, penurunan dalam tiga minggu berturut-turut. Minyak bergerak dengan volatilitas yang tingg minggu lalu, karena para trader mempertimbangkan potensi dampak penyumbatan Terusan Suez yang terjadi pada hari Selasa terhadap efek penguncian virus korona baru. Pasar minyak juga terangkat oleh kekhawatiran atas meningkatnya risiko geopolitik di Timur Tengah. Pasukan Houthi Yaman pada hari Jumat mengatakan mereka melancarkan serangan terhadap fasilitas minyak Aramco.
S&P 500 & Dow Jones Menguat dalam Sepekan, Nasdaq Terkoreksi
Mengakhiri perdagangannya Juat lalu, tiga indeks saham utama Wall Street berhasil menguat. Namun dalam sepekan, hanya indeks S&P dan Dow Jones yang menguat, di man, S&P 500 naik sekitar 1,6% dan Dow menguat 1,4%. Sedangkan indeks Nasdaq tergelincir 0,6%. Penguatan Dow dan S&P 500 tersebut karena investor yang menyeimbangkan kembali portofolionya jelang akhir kuartal ini.
Fokus Minggu ini : Inflasi Zona Euro, PDB Inggris dan Data Ketenagakerjaan AS
Serangkaian data-data ekonomi dan event akan kembali menghiasi pergerakan pasar keuangan di minggu ini. Di Asia, China akan merilis data PMI, baik sektor jasa maupun manufaktur. Di Eropa, zona euro akan merilis data inflasi, dan Inggris akan merilis data PDB kuartal IV-2020. Sementara di AS, serangkaian data ekonomi akan hadir, termasuk data ketenagakerjaan. Kemudian ada pertemuan OPEC+