Euro melonjak lagi kemarin dan bisa mencapai $1,21 atas dollar akhir tahun ini karena prospek dollar yang lemah di tengah meningkatnya kasus virus corona serta kekhwatiran stimulus. Saat ini AS tengah berjuang menahan penyebaran virum yang menginfeksi lebih dari 3,9 juta warganya, memaksa beberapa negara bagian AS membatalkan langkah-langkah untuk membuka kembali bisnis. Tekanan dollar ataas euro bertambah di tengah tanda-tanda bahwa anggota Uni Eropa menggagas untuk membentuk serikat fiskal setelah paket dana bantuan pandemi senilai 750 miliar euro disepakati. Selain krisis pandemi, dollar juga tertekan dari potensi penundaan stimulus fiskal, meski mungkin untuk jangka pendek. Pasalnya, parlemen AS masih berbeda pendapat mengenai stimulus batuan virus corona.
Dolar Australia (Ausie) menguat setelah sebelumnya mencapai level tertinggi 15 bulan. Berkembangnya kasus-kasus infeksi virus corona dan dijalankannya kembali kebijakan lockdown di beberapa wilayah Australia hanya berdampak kecil kecil pada mata uang Negeri Kanguru tersebut. Ausie juga menguat meski setelah laporan bahwa wabah virus terbaru akan memangkas pertumbuhan PDB kuartal ketiga negara itu sebesar 0,75 poin persentase. AUD/USD bertahan di atas 0,70.
Harga emas terus mencetak rekor baru, naik ke level tertinggi dalam sembilan tahun di tengah eskalasi ketegangan baru antara AS dan China, mendorong permintaan safe haven. AS memerintahkan menutup Konsulat Jendral di Houston. Sebagai balasannya, China sedang mempertimbangkan untuk menutup Konsulat Jenderal AS di Wuhan. Meningkatnya ketegangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar tersebut, maka prospek ekonomi global akan semakin buruk, di saat merebaknya jumlah kasus virus corona.
Harga minyak melemah tipis kemarin, meski cadangan minyak AS di luar perkiraan mengalami kenaikan karena faktor bullish minyak masih mendukung untuk tetap memperpanjang reli tiga bulan dan mencapai area $45 per barel dalam waktu dekat. Harga minyak telah reli dalam tiga bulan, naik dari hampir minus $40, menjadi positif $40. Uptrend telah berlangsung seiring pulihnya permintaan bensin setelah pencabutan lockdown Covid-19 pada Mei, Meski ada kekhawatiran gelombang kedua menyusul lonjakan virus corona di AS, yang telah menginfeksi sekitar 4 juta warganya dan menewaskan sedikitnya 145 ribu orang. Sementara itu, laporan Energy Information Administration (EIA) menyebutkan cadangan minyak AS naik 4,9 juta barel, melawan perkiraan penurunan 2,1 juta barel. Sementara produksi meningkat menjadi 11,1 bph, naik 100 ribu bph. Minyak WTI hanya turun 2 sen menjadi $41,14 dan Brent turun 3 sen di $44,29.
Saham-saham Asia melemah di awal perdagangan hari ini di tengah ketidakpastian paket stimulus baru AS, serta kekhawatiran mengenai ketegangan antara AS dan China. Saham-saham di Korea Selatan dan Australia melemah, sementara bursa saham di Jepang hari Kamis dan Jumat tutup karena libur nasional. Investor juga tengah mencermati hasil earning beberapa perusahaan di AS.
Fokus Hari ini: Jobless Claims AS
Di tengah minmnya data ekonomi, fokus investor kemungkinan akan tertuju pada data kasus virus corona yang terus meningkat. Sementara itu, jika ada berita positif seputar uji klinis vaksin virus, bisa mendorong sentimen risk-on. Pasar juga akan terus mencermati rencana stimulus DPR AS, yang juga bisa mendorong sentimen risk-on, namun bisa juga mengangkat emas. Untuk data ekonomi, ada jobless claims AS.