Dolar Turun Menjelang Data Inflasi AS
Dolar jatuh pada hari Selasa karena para investor menantikan data inflasi untuk melihat tanda-tanda lebih lanjut apakah tekanan harga mereda dan bagaimana dampaknya terhadap kenaikan suku bunga Federal Reserve. The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin di rapat bulan Mei, sebelum jeda di bulan Juni. Pasar juga memperkirakan bahwa the Fed akan memangkas suku bunga pada akhir tahun ini karena adanya perkiraan resesi, meskipun para pejabat the Fed telah menekankan perlunya mempertahankan suku bunga yang tinggi untuk menurunkan inflasi. Data pekerjaan yang kuat bulan Maret telah menambah ekspektasi bahwa bank The Fed akan menyelesaikan satu kenaikan suku bunga lagi. Data pada hari Jumat menunjukkan NFP tumbuh 236.000, sementara tingkat pengangguran turun menjadi 3,5%.
Goolsbee: The Fed Harus Hati-hati Menaikkan Suku Bunga
Presiden Fed New York John Williams mengatakan pada hari Selasa bahwa prospek The Fed menaikkan suku bunga acuan hanya sekali lagi dan dalam kenaikan 25 basis poin adalah titik awal yang berguna tetapi jalur kebijakan bank sentral akan tergantung pada data yang masuk. Sementara Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan bank sentral AS harus berhati-hati dalam menaikkan suku bunga dalam menghadapi tekanan perbankan baru-baru ini, mencatat bahwa penurunan pinjaman bank akan membantu memadamkan inflasi dan menyisakan sedikit kebijakan moneter yang harus dilakukan.
Dolar AS Koreksi, Emas Kembali Naik ke Atas $2000
Harga emas naik kembali di atas level kunci $2.000 pada hari Selasa setelah dolar turun dari level tertinggi sesi sebelumnya, sementara para trader menunggu data inflasi AS pada hari Rabu untuk mendapatkan petunjuk mengenai kenaikan suku bunga di masa depan. Emas mendapat sedikit kelonggaran dari jeda dalam dolar, menyusul kenaikan di sesi sebelumnya, juga membantu mengimbangi tekanan dari kenaikan imbal hasil Treasury. Emas spot naik 0,8% menjadi $ 2.005,79 per ons.
WTI AS Naik 2% Berkat Prospek Permintaan China
WTI AS menguat 2% ke atas $81 per barel, mendekati level tertinggi sejak akhir Januari, didukung oleh prospek permintaan China yang lebih tinggi dan suplai global yang lebih ketat. Data terbaru yang menunjukkan inflasi konsumen yang lebih rendah dari perkiraan di China menunjukkan pemulihan ekonomi yang tidak merata, mendorong ekspektasi bahwa negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia dan importir terbesar di dunia ini dapat melakukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan pertumbuhan. Dari sisi pasokan, OPEC+ mengumumkan minggu lalu bahwa mereka akan mengurangi produksi sebesar 1,16 juta bph dari Mei hingga akhir 2023, mendorong harga naik signifikan.
Wall Street Variatif, Dow Jones Lanjutkan Penguatan Menjelang Data IHK AS
Indeks Dow Jones ditutup naik hampir 0,3% dalam sesi yang berombak pada hari Selasa, sementara S&P 500 ditutup melemah dan Nasdaq 100 turun 0,4%. Para investor menilai kembali prospek kebijakan moneter menjelang laporan IHK hari Rabu dan dimulainya musim laporan keuangan. Data pekerjaan minggu lalu menunjukkan pasar tenaga kerja yang masih ketat, memperkuat spekulasi kenaikan suku bunga sebesar 25 bps di bulan Mei namun meredakan beberapa kekhawatiran bahwa ekonomi AS mendekati resesi.
Fokus Hari Ini : CPI AS, BoC Meeting & Pidato Bailey
Fokus pasar hari ini akan tertuju pada data CPI AS bulan Maret, yang diperkirakan melandai menjadi 5,2% secara tahunan. Secara bulanan, CPI diperkirakan naik 0,2%, melandai jika dibandingkan dengan kenaikan bulan Februari yang sebesar 0,4%. Angka CPI akan dicermati oleh pelaku pasar, karena akan memberi petunjuk mengenai arah kebijakan moneter The Fed. Fokus lainnya BoC meeting dan Pidato Bailey (BoE).