Powell : FED Tidak Akan Biarkan Inflasi Terlalu Tinggi
Federal Reserve tidak akan membiarkan ekonomi tergelincir ke dalam “rezim inflasi yang lebih tinggi” bahkan jika itu berarti menaikkan suku bunga ke tingkat yang membahayakan pertumbuhan, demikian disampaikan oleh Ketua Fed Jerome Powell. Ia menekankan bahwa bank sentral AS akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk meredam kenaikan harga di masa depan. Terkait dengan “adanya risiko” dalam upaya the FED memperlambat ekonomi untuk membawa inflasi kembali ke target 2%, Pow- ell mengatakan, “Saya tidak setuju bahwa itu adalah risiko yang lebih besar. Kesalahan yang lebih besar adalah gagal memulihkan kestabilan harga.” Ia menjelaskan bahwa prinsip kebijakan FED saat ini adalah mendapatkan kembali kendali atas inflasi bahkan jika itu berarti menaikkan suku bunga ke tingkat yang mendorong ekonomi AS menuju resesi atau yang menyebabkan mening- katnya pengangguran. Powell menegaskan bahwa ekonomi AS akan tetap “dalam kondisi yang cukup kuat,” dan, dia merasa, akan mampu mengatasi kondisi kredit yang lebih ketat sambil menghindari resesi atau bahkan kenaikan tingkat pengangguran yang signifikan. Tetapi jalan menuju apa yang disebut “pendaratan lunak” menjadi “jauh lebih menantang” semakin lama inflasi yang tinggi berlangsung, kata Powell, dan para pembuat kebijakan secara khusus menyesuaikan diri dengan risiko bahwa ekspektasi publik tentang perilaku upah dan harga di masa depan mungkin pada akhirnya mempercepat juga.
Ketegasan Powell Mendorong Naik Dolar AS, Meruntuhkan Bursa Saham
Dolar AS berakhir lebih tinggi setelah penjelasan Ketua Federal Reserve Jerome Powell tentang adanya risiko dari kebijakan suku bunga tinggi bank sentral AS guna memperlambat pertumbuhan ekonomi. Akibatnya bursa saham AS gelisah lebih-lebih setelah data terkini yang menunjukkan ekonomi AS menyusut lebih dari perkiraan sebelumnya. Indek Dow Jones naik 0,3% menjadi 31.029,31, sedangkan S&P 500 turun 0,1% pada 3.818,83 dan Nasdaq turun ke 11.177,89. Imbal hasil 10-tahun AS merosot 10,5 basis poin menjadi 3,10% karena kekhawatiran inflasi memburu investor. Sementara Indeks dolar AS (DXY), reli ke level tertinggi 105.149 dari level terendah 104.356. Para pelaku pasar melakukan aksi risk aversion dan memilih berlindung di asset safe haven seperti Dolar AS. Namun, indeks dolar AS tetap di bawah level tertinggi dua dekade di 105,79 yang tercapai pada dua minggu lalu.
Harga Emas Berakhir Turun, Berbalik Menguat Lagi
Emas beringsut lebih rendah pada akhir perdagangan di hari Rabu karena penguatan dolar AS. Harga emas berjangka ditutup turun US$3,70 menjadi US$1.817,50 per ounce. Diawal perdagangan hari Kamis, Emas kembali menguat seiring turunya yield Ob- ligasi AS. Satangnya kinerja per kwartal emas dapat menjadi yang terburuk sejak awal 2021, karena penguatan dolar, di tengah sikap agresif bank sentral dalam melawan inflasi yang tak terkendali. Emas di bursa berjangka kembali diperdagangkan pada kis- aran $1820 per troy ons.
Harga Minyak Turun Disaat Pasokan Minyak Turun Drastis
Harga minyak Brent turun meskipun laporan menunjukkan terjadi penurunan besar yang tak terduga dalam persediaan AS pada pekan lalu. Brent turun US$1,33 menjadi US$116,65. EIA melaporkan bahwa persediaan minyak AS turun 2,8 juta barel pekan lalu, lebih dari perkiraan awal. Disisi lain, terjadi gangguan ekspor dan produksi karena karena kerusuhan politik di Libya dan Ekuador. Pasar nampaknya lenbih khawatir bahwa kenaikan suku bunga secara agresif akan membuat resesi dan memangkas permintaan minyak secara global.
Fokus Pasar Hari Ini :
Data indek harga konsumi pribadi yang diperkirakan akan tetap lebih dari tiga kali lipat target inflasi 2% Fed pada bulan Mei. Pelemahan data pendapatan pribadi meningkatkan kekhawatiran atas daya beli karena rumah tangga kehabisan tabungan untuk pengeluaran pribadi. Meskipun inflasi inti tampaknya telah mencapai puncaknya, tekanan harga hanya akan perlahan mereda hingga tahun 2022. Klaim pengangguran awal ditetapkan untuk tetap pada tingkat yang rendah dan kekhawatiran seputar masalah pasokan akan tetap menonjol di IMP Chicago bulan Juni. Data ekonomi lain yang perlu diperhatikan adalah angka PDB Inggris per kwartal, Tingkat Pengangguran Jerman dan Eropa. (LH)