Sab. Feb 15th, 2025

Investor Pilih Hindari Aset Berisiko, Yield Obligasi AS Naik

Wall Street
  • Bursa saham jatuh seiring pengetatan Fed yang lebih agresif
  • Yield Obligasi AS Tenor menyentuh 1,8%, namun Dolar terjebak dalam kisaran sempit
  • Pasar menanti data inflasi AS dan laporan pendapatan perusahaan

Bursa saham A.S. jatuh di hari Senin meskipun sempat berbalik arah naik di akhir sesi perdagangan. Jatuhnya bursa karena ada harapan bahwa Federal Reserve A.S. dapat menaikkan suku bunga lebih dini pada bulan Maret. Para investor mengurangi aset berisiko dan memilih Obligasi AS, setelah yieldnya naik ke level tertinggi dalam dua tahun terakhir.

Penurunan ini merupakan lanjutan dari penurunan minggu lalu ketika muncul sinyal kuat dari The Fed akan rencana pengetatan kebijakan yang lebih cepat untuk mengatasi inflasi dan kemudian data menunjukkan pasar tenaga kerja AS yang kuat, membuat investor bingung yang telah mendorong ekuitas ke rekor tertinggi selama periode liburan.

Indek Dow Jones turun 0,45%, dan S&P 500 turun 0,14%. Saham teknologi memimpin penurunan setelah rencana kenaikan suku bunga menguat. Sebelumnya, sector ini diuntungkan dengan suku bunga yang ren- dah, menjelang penutupan berhasil menguat kembali dan membuat indek NASDAQ naik hanya 0,05%.

Pelaku pasar hendaknya menaruh lebih banyak uang di saham sector keuangan, industri dan energi karena mereka kemungkinan akan mendapat manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang kuat yang diharapkan naik dalam beberapa bulan ke depan.

Sejumlah bank terbesar di Wall Street sekarang mengharapkan Federal Reserve menaikkan suku bunga em- pat kali tahun ini. Sementara Goldman Sachs menilai bahwa The Fed akan memulai proses pengurangan uku- ran neraca secepat Juli. Sebagaian pelaku pasar menginginkan kenaikan suku bunga pada bulan Maret ini dan dua kali lagi di akhir tahun, dengan tiap kenaikan adalah sebesar 0.25%.

Imbal hasil obligasi Treasury AS 10-tahun mencapai tertinggi 1,8080% di awal perdagangan, level yang tera- khir terlihat pada Januari 2020, setelah melonjak 25 basis poin minggu lalu dalam pergerakan terbesar mere- ka sejak akhir 2019. Imbal hasil AS kemudian mundur ke 1,7603 %. Diyakini kenaikan ini akan berlanjut.

Indeks dolar naik tipis 0,17% menjadi 95,957. Greenback telah gagal menemukan dukungan signifikan dari kenaikan imbal hasil Treasury. Euro pada perdagangan EUR/USD berdiri di $1,13270, turun 0,28% hari ini.

Pada perdagangan komoditi, harga minyak turun tetapi mempertahankan kenaikan baru-baru ini, setelah naik 5% minggu lalu sebagian dibantu oleh gangguan pasokan dari kerusuhan di Kazakhstan dan pemadaman di Libya. WTI turun 0,85% menjadi $78,23 per barel dan Brent ditutup pada $80,87, turun 1,1%.

Fokus perdagangan hari ini adalah menanti pernyataan Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, Presiden ECB, Christian Lagarde dan pejabat tinggi bank sentral AS lainnya. Minggu ini juga sibuk dengan data inflasi AS yang akan dirilis pada hari Rabu. Iinflasi inti AS akan naik ke level tertinggi dalam beberapa dekade di 5,4%. Kenaikan ini memperbesar peluang bagi suku bunga AS naik di bulan Maret. Sementara musim laporan pen- dapatan perusahaan juga akan dimulai minggu ini dimana sector perbankan AS akan mulai di hari Jumat.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *