Dollar Amerika Serikat (AS) menguat pada hari Senin, didukung oleh permintaan safe haven di tengah melonjaknya kasus virus korona di Eropa dan AS, serta belum adanya kemajuan pada paket stimulus AS. Rusia, AS dan Prancis mencetak rekor harian baru untuk infeksi COVID-19 baru ketika gelombang kedua melonjak di sebagian belahan bumi utara, memaksa beberapa negara untuk memberlakukan pembatasan baru. Spanyol mengumumkan keadaan darurat baru dan Italia telah memerintahkan restoran dan bar untuk tutup pada pukul 6 sore. Mengenai stimulus, Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan pada hari Minggu bahwa dia mengharapkan tanggapan Gedung Putih pada hari Senin untuk rencana bantuan terbaru, tetapi belum ada tanda-tanda bahwa kesepakatan sudah tercapai. Indeks dollar menguat 0,3% menjadi 93,052.
Euro Melemah Setelah Data IFO Jerman
Euro, yang memiliki bobot terbesar dari indeks dolar, turun 0,4% menjadi $ 1,1811 kemarin. Selain penguatan dollar, pelemahan euro juga terjadi setelah indeks iklim bisnis Ifo Jerman turun untuk pertama kalinya dalam enam bulan di Oktober. Data kemarin menunjukkan IFO Jerman turun menjadi 92,7 di Oktober, dari 93,2 di September, di bawah perkiraan 93,1.
Emas Flat di Tengah Kekhawatiran Lonjakan Kasus Covid-19 dan Pilpres AS
Harga emas stabil pada hari Senin karena investor khawatir dengan melonjaknya jumlah kasus COVID-19 dan ketidakpastian pilpres AS bulan depan. Harga emas Spot naik 0,1% menjadi $1,904.60 per ounce, sementara emas berjangka AS flat pada kisaran $1,905.70. Kekhawatiran atas melonjaknya jumlah kasus virus corona dan ketidakpastian politik di AS membuat pergerakan emas menjadi terbatas. Logam mulia tersebut terjebak pada range trading $ 1.930 – $ 1.880. Penguatan dollar juga membatasi laju emas.
Minyak Anjlok Karena Lonjakan Covid-19 Global
Harga minyak mentah turun tajam pada hari Senin, berbarengan dengan aset berisiko lainnya karena melonjaknya jumlah infeksi Covid-19 di Eropa dan AS, memicu kekhawatiran mengenai prospek permintaan karena adanya pembatasan aktivitas ekonomi dan sosial. Harga minyak jenis WTI turun 3,1% menjadi $ 38,61 per barel, terendah dalam tiga minggu. Sementara minyak Brent turun 2,8% menjadi $40,88 per barel, juga terendah sejak tiga minggu. Harga RBOB bensin berjangka AS turun 2,5% menjadi $ 1,0991 per galon, menguji level terendahnya dalam lebih dari sebulan. Data dari GasBuddy menunjukkan bahwa permintaan bensin AS turun 0,5% minggu lalu. Analis melihat bahwa secara global permintaan masih lemah. Faktor bearish di pasar minyak termasuk meningkatnya kekhawatiran tentang langkah-langkah lockdown di Eropa, peningkatan produksi dari Libya, dan meningkatnya stok bensin di AS.
Wall Street Melorot Karena Kekhawatiran Lonjakan Covid-19 dan Stimulus
Tiga indeks utama Wall Street berakhir melemah pada perdagangan Senin, dipicu oleh kenaikan kasus virus corona dan ketidakpastian pembahasan stimulus yang meredupkan prospek pemulihan ekonomi Amerika Serikat. Indeks Dow Jones melorot 2,29%, S&P 500 merosot 1,86%, dan Nasdaq turun 2,64%. Indeks maskapai penerbangan S&P 1500 turun sekitar 5,6% karena rentan akan pembatasan terkait Covid-19.
Fokus Hari Ini: Durable Goods Orders & Consumer Confidence AS
Hari ini ada beberapa data yang layak dicermati, mulai dari pasar Asia hingga AS. Jepang akan merilis data inflasi, diikuti data low impact dari Spanyol, yaitu data ketenagakerjaan. Sementara data-data ekonomi AS yang akan dirilis antara lain, durable goods order, yang diperkirakan tumbuh 0,4% di September, kemudian consumer confidence, yang diperkirakan naik menjadi 101,9 di Oktober.