Jum. Des 6th, 2024

Dolar AS Catat Penguatan Tahunan Terbaik Sejak 2015

Indeks dolar Amerika Serikat (AS) turun pada hari Jumat di tengah sepinya perdagangan karena banyaknya pasar yang libur. Namun, dolar AS mengakhiri tahun 2021 dengan kenaikan hampir 7%, karena investor bertaruh Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga lebih awal daripada sebagian besar mata uang utama lainnya di tengah melonjaknya inflasi yang didorong oleh stimulus COVID-19 yang besar-besaran. Di hari Jumat, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam rival utama, turun 0,289% pada 95,729. Ditetapkan untuk tahun terbaiknya sejak 2015, dolar telah didukung oleh membaiknya ekonomi AS dan inflasi yang persisten, yang menyebabkan sikap hawkish oleh The Fed, yang sekarang diperkirakan akan mulai menaikkan suku bunga pada awal Maret. Sementara mata uang dengan kinerja terburuk atas greenback di antara mata uang utama adalah yen Jepang, yang turun sekitar 10% tahun ini.

Euro Jatuh 7% di 2021 Atas Dolar Karena Perbedaan Kebijakan Moneter ECB dan The Fed

Euro turun lebih dari 7% di tahun 2021 karena perbedaan kebijakan antara ECB dan The Fed. ECB masih “berpegang teguh” pada kebijakan moneter ultra-dovish, sementara The Fed mempercepat tapering dan akan menaikkan suku bunga. Terhadap sterling, euro turun sekitar 6% karena meredanya kekhawatiran di Inggris tentang dampak ekonomi dari pandemi dan ekspetasi kenaikan suku bunga lanjutan BoE di 2022.

Emas Catat Penurunan Tahunan Terbesar Sejak 2015 Karena Rebound Dolar AS

Harga emas menandai penurunan tahunan terbesar sejak 2015, salah satunya tertekan oleh rebound dolar AS, bahkan ketika ancaman varian virus corona Omicron tetap ada. Emas telah turun sekitar 4% pada tahun 2021 karena pemulihan ekonomi global mendorong lebih banyak investor ke aset berisiko dan membatasi minat untuk aset safe-haven seperti emas batangan.

Minyak Catatkan Kenaikan Tahunan, Brent Terkuat Sejak 2016 & WTI  Terkuat Sejak 2009

Harga  minyak  turun  pada  hari  terakhir  tahun  2021.  Meski  begitu,  tetap  membukukan  kenaikan  tahunan terbesar setidaknya sejak tahun 2016 untuk Brent. Sentimen yang mendorong harga minyak di tahun 2021 adalah pemulihan ekonomi global dari kemerosotan pandemi Covid-19 dan pengekangan produsen, bahkan ketika  infeksi  mencapai  rekor  tertinggi  di  seluruh  dunia.  Pada  hari  Jumat,  minyak  Brent  turun  2,2%  ke US$77,78 per barel. Sementara WTI AS melemah 2,31% menjadi US$75,21 per barel. Sepanjang tahun 2021, Brent  reli  50,5%,  sementara  WTI  melesat  55,5%,  kinerja  terkuat  sejak  tahun  2009.  Harga  minyak  global diperkirakan akan naik lebih lanjut di tahun 2022 karena permintaan bahan bakar jet yang terus meningkat. Dengan harga minyak mendekati level US$ 80 per barel, OPEC+ mungkin akan tetap pada rencana mereka untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari pada Februari ketika mereka bertemu pada 4 Januari.

Meski Melemah di Akhir Perdagangan 2021, Wall Street Catat Penguatan Tahunan

Wall Street ditutup dekat rekor tertinggi dalam perdagangan tipis yang dilakukan di hari terakhir tahun 2021, menandai tahun kedua pemulihan dari pandemi global. Walau melemah di perdagangan terakhir tahun 2021, indeks S&P 500 sudah melesat naik 27% sepanjang tahun 2021. Sementara itu, indeks Dow Jones naik 18,73% untuk tahun ini dan Nasdaq Composite melesat 21,4%.

Fokus Minggu Ini : OPEC+ Meeting, FOMC Minutes & Data Ketenagakerjaan AS

Pasar akan kembali aktif minggu ini dengan menyuguhkan beberapa event, serta data penting. OPEC+ akan kembali menggelar rapat untuk menentukan kuota di pasar dan di AS, ada FOMC minutes. Sementara data- data ekonomi penting yang akan dirilis antara lain; PMI global dan data ketenagakerjaan Kanada. Terakhir, yang paling ditunggu pasar adalah data ketenagakerjaan AS, termasuk didalamnya Non-farm Payroll (NFP).

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *