Meski Menguat di Jumat, Dolar AS Catat Penurunan Mingguan Terburuk Sejak September
Dolar Amerika Serikat (AS) menghentikan penurunan beruntun tiga hari pada hari Jumat setelah aksi jual baru-baru ini yang didorong oleh pandangan bahwa langkah pengetatan Federal Reserve sebagian besar sudah price in (diperhitungkan). Dolar juga menguat karena selera yang lebih lemah di pasar keuangan membuat investor menghindari mata uang berisiko. Indeks dolar AS menguat 0,3% ke 95,157. Meski menguat di Jumat, dolar AS mengakhiri minggu lalu dengan penurunan sekitar 0,6%, penurunan mingguan terburuk sejak awal September. Dolar AS melemah minggu lalu, meski Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa ekonomi AS siap untuk memulai kebijakan moneter yang lebih ketat dan data menunjukkan kenaikan tahunan terbesar dalam inflasi selama hampir empat dekade. Sementara itu, data hari Jumat menunjukkan penjualan ritel AS turun paling banyak dalam 10 bulan di bulan Desember.
Loonie Kikis Penguatan Setelah Dolar AS Rebound
Dolar Kanada melemah atas dolar AS, mengikis penguatan mingguan setelah greenback rebound, meskipun data penjualan ritel AS lebih lemah dari perkiraan. Loonie melemah 0,3% ke 1,2560. Penjualan ritel AS turun 1,9% pada bulan Desember, dibandingkan dengan perkiraan 0,2%, karena warga AS saat ini sedang mengatasi kekurangan barang dan ledakan infeksi COVID-19.
Emas Turun Karena Kenaikan Yield Obligasi dan Dolar AS, Naik 1,1% Dalam Sepekan
Harga emas tergelincir pada hari Jumat, terbebani oleh kenaikan imbal hasil Treasury di tengah prospek kenaikan suku bunga dan penguatan dolar AS. Spot emas turun 0,3% ke $1,816,22. Emas sempat naik setelah rilis data yang menunjukkan penjualan ritel AS turun 1,9%. Namun, penurunan dolar di minggu lalu menempatkan emas di jalur untuk kenaikan mingguan sekitar 1,1%.
Minyak Menguat Berkat Ketatnya Pasokan
Harga minyak menguat hari Jumat, didorong oleh kendala pasokan dan kekhawatiran serangan Rusia di negara tetangga Ukraina, meskipun sebuah sumber mengatakan China akan melepas cadangan minyak mentah saat Tahun Baru Imlek. Harga minyak menuju kenaikan mingguan keempat berturut-turut, kenaikan beruntun terpanjang sejak Oktober, di tengah tanda-tanda bahwa pasar mengetat karena konsumsi global menahan dampak varian virus Omicron. Harga minyak diuntungkan dari gabungan faktor pendukung lainnya, termasuk gangguan pasokan dari produsen seperti Libya dan Kazakhstan. Ada juga kekhawatiran bahwa OPEC dan sekutunya tidak bisa memenuhi peningkatan produksi bulanan yang direncanakan secara penuh. Sementara itu, International Energy Agency (IEA) awal minggu lalu mengatakan bahwa permintaan minyak global telah terbukti lebih kuat dari perkiraan. Selama sepekan Brent naik 5,4% dan WTI AS naik 6,3%.
Wall Street Variatif, Dow Jones Anjlok
Wall Street variatif pada hari Jumat, dimana indeks Dow Jones anjlok, dipicu penurunan besar di saham keuangan karena investor kecewa dengan laporan pendapatan bank-bank besar AS untuk kuartal IV-2021. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 201,81 poin atau 0,56% ke 35.911,81, S&P 500 naik 3,82 poin atau 0,08% ke 4.662,85 dan Nasdaq Composite naik 86,94 poin atau 0,59% ke 14.893,75.
Fokus Minggu Ini : Hasil Earning Perusahaan AS, BoJ Meeting, ECB Minutes & PDB China
Musim pendapatan kuartal keempat berlanjut minggu ini, dengan perusahaan seperti Bank of America, Goldman Sachs, Morgan Stanley, P&G, dan Netflix akan merilisnya. Minggu ini BoJ akan menggelar rapatnya dan di Eropa ada ECB minutes. Sementara data ekonomi yang perlu diperhatikan adalah data perumahan AS, inflasi Kanada, Inggris, dan Jepang. Kemudian ada angka PDB Q4 China.