Jum. Des 6th, 2024

Minyak Naik Setelah Data CPI AS, Proyeksi IEA

Dolar AS Anjlok ke Level Terendah Sejak April 2022 Setelah Data CPI AS

Indeks dolar AS turun ke level 100,55 pada hari Rabu, terendah sejak April 2022 di tengah meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve hanya akan melakukan satu kali kenaikan suku bunga untuk sisa tahun ini. Tingkat inflasi tahunan di AS melambat menjadi 3%, di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,1% dan inflasi inti juga mengejutkan pada sisi negatifnya turun menjadi 4,8%, terendah sejak Oktober 2021. Dolar AS turun lebih dari 1,5% terhadap dolar Selandia Baru dan Australia. Yen Jepang mencapai 138, terkuat dalam 7 minggu dan Euro diperdagangkan pada level tertinggi 14 bulan di $1,11. Selain itu, Franc Swiss mencapai $0,86, terkuat sejak Januari 2015 dan Pound menyentuh $1,3, level tertinggi sejak April 2022.

Loonie Menguat Setelah BoC Naikkan Suku Bunga

Dolar Kanada (loonie) menguat ke level tertinggi dua minggu terhadap mata uang AS pada hari Rabu, setelah Bank of Canada (BoC) menaikkan suku bunga lebih lanjut dan data menunjukkan inflasi AS turun ke laju paling lambat dalam lebih dari dua tahun. Loonie diperdagangkan naik 0,3% pada 1,3185 terhadap dolar AS, atau 75,84 sen AS, setelah menyentuh level intraday terkuat sejak 27 Juni di 1,3144. BoC menaikkan suku bunga acuan sebesar seperempat poin persentase ke level tertinggi 22 tahun di 5,0%, dan mengatakan bahwa mereka dapat menaikkan suku bunga lebih lanjut karena risiko bahwa inflasi terhenti di atas target 2%. Harga minyak yang mengalami kenaikan juga turut mendorong loonie.

Emas Naik Lebih dari 1% Setelah Data Inflasi AS

Harga emas melonjak lebih dari 1% pada hari Rabu setelah tanda-tanda penurunan inflasi di AS mendorong harapan bahwa Federal Reserve dapat menghentikan siklus kenaikan suku bunganya lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Emas spot naik 1,3% pada $1.957,32 per ons.

Minyak Naik Setelah Data CPI AS, Proyeksi IEA

Harga minyak ditutup naik pada hari Rabu, dengan minyak mentah berjangka Brent menembus $80 per barel untuk pertama kalinya sejak Mei, setelah data inflasi AS mendorong harapan bahwa Federal Reserve akan mengakhiri siklus kenaikan suku bunga lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Data AS menunjukkan CPI mencatat kenaikan tahunan terkecil dalam lebih dari dua tahun terakhir. Pasar memperkirakan The Fed hanya akan menaikkan suku bunganya satu kali lagi di sisa tahun ini. Sementara itu, International Energy Agency (IEA) memperkirakan pasar minyak akan tetap ketat pada paruh kedua tahun 2023, mengutip permintaan yang kuat dari China dan negara-negara berkembang yang dikombinasikan dengan pengurangan pasokan dari produsen-produsen terkemuka. Perkiraan baru dari IEA diharapkan akan dirilis minggu ini.

Wall Street Reli Setelah Data CPI AS

Tiga indeks utama Wall Street ditutup naik pada hari Rabu setelah data CPI bulan Juni yang lebih baik dari perkiraan, meningkatkan harapan bahwa para pejabat the Fed akan memikirkan kembali sikap mereka terhadap kenaikan suku bunga. Dow Jones berakhir naik 86 poin, dengan saham-saham Salesforce (+2,7%), Intel (+2%) dan Goldman Sachs (+1,8%) menguat. S&P 500 naik 0,7%, level yang belum pernah terlihat sejak April 2022, dipimpin oleh saham-saham di sektor bahan dasar, teknologi, dan utilitas. Nasdaq naik 1,1%, juga merupakan yang tertinggi sejak April tahun lalu.

Fokus Hari Ini : PDB Inggris & PPI AS

Inggris akan merilis serangkaian data ekonomi penting, termasuk data pertumbuhan dalam negeri. PDB Inggris secara bulanan diperkirakan terkontraksi 0,3% di bulan Mei. Data tersebut kemungkinan bisa meredam ekspektasi kenaikan suku bunga BoE, negatif buat sterling. Fokus selanjutnya akan tertuju pada data inflasi PPI AS bulan Juni, yang diperkirakan naik 0,2% di Juni, setelah turun 0,3% di bulan sebelumnya.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *