Sab. Jan 25th, 2025

Penemuan Vaksin, Trade War, Powell, PDB AS Serangkaian Event, serta data akan kembali mewarnai pergerakan pasar keuangan di minggu ini.

Fokus Minggu Ini : Penemuan Vaksin, Trade War, Powell, PDB AS
Serangkaian Event, serta data akan kembali mewarnai pergerakan pasar keuangan di minggu ini. Investor akan terus mencermati perkembangan mengenai penemuan vaksin, yang mungkin bisa mengangkat asset berisiko, Namun tensi dagang AS-China akan membayangi. Minggu ini juga ada pidato dari ketua the Fed Jerome Powell. Sementara data ekonomi yang akan dirilis antara lain; PDB AS dan inflasi zona euro.Dollar melemah sepanjang minggu lalu menyusul penguatan euro, yang naik setelah berita proposal Franco-German untuk dana hibah bagi wilayah Uni Eropa (UE) dan sektor-sektor yang terpukul oleh pandemi Covid-19. Jerman dan Perancis mengusulkan agar Komisi Eropa meminjamkan 500 miliar euro atas nama seluruh UE. Namun pelemahan dollar mampu dibatasi Jumat lalu setelah investor kembali melirik dollar sebagai safe haven setelah pemerintah Beijing memberlakukan undang-undang keamanan di Hong Kong, yang memicu ketegangan baru antara AS-China. Hubungan Beijing dan Washingtorn telah memburuk selama pandemi Covid-19. AS menyalahkan China penyeberan virus yang berasal dari kota Wuhan di China Tengah. Indeks dollar di tutup pada kisaran 99,789, turun sekitar 0,6 selama sepekan.

Penurunan harga minyak pada hari Jumat di tengah meningkatnya ketegangan AS-Cina dan keraguan tentang laju pemulihan permintaan dari krisis Covid-19, memicu koreksi mata uang komoditas. Dolar Kanada melemah sekitar 0,2% atas greenback karena penurunan minyak dan data yang Kanada menunjukkan rekor penurunan penjualan ritel. Namun, selama sepekan loonie masih mencatatkan penguatan sekitar 0,8%.

Harga emas menyentuh level tertinggi 7,5 tahun minggu lalu berkat meningkatnya ketegangan AS-China, mendorong investor memburu asset safe haven untuk lindung nilai. Emas juga naik berkat stimulus yang dijalankan bank sentral dunia. Namun, muncul sentimen berisiko di tengah harapan pemulihan ekonomi memaksa logam mulia tersebut lengser dari level tertinggi 7,5 tahunnya tersebut. Meski begitu, penurunan mampu dibatasi karena masih kuatnya sentimen risk aversion di tengah ketegangan dagang AS-China.

Harga minyak sudah mencatat penguatan sejak akhir bulan April, namun mulai mengalami koreksi di Jumat. Minggu lalu, harga minyak sempat menyentuh level tertinggi 2,5 bulan pada kisaran $37 berkat meningkatnya sentimen risk-on. Beberapa faktor yang mendukung harga minyak antara lain; hasil uji coba vaksin oleh perusahaan Modena yang positif, upaya pemangkasan output yang dilakukan oleh negara-negara produsen minyak, hingga naiknya kembali permintaan minyak dari China. Permintaan China rebound sekitar 13 juta bph, naik 90% mendekati level sebelum pandemi. Namun, Jumat lalu optimisme mengenai pertumbuhan mulai meredup setelah pemerintah China mengatakan bahwa mereka tidak terlalu optimis mengenai target pertumbuhan tahun ini, dengan menyoroti tantangan serius terhadap ekonomi akibat pandemi. China juga menolak untuk menolak stimulus besar-besar. Selain itu, meningkatnya ketegangan AS-China turut menekan sentimen.

Saham-saham Asia rentan di tengah mega stimulus bank sentral diimbangi dengan ketegangan baru hubungan AS-China, yang mengurangi selera berisiko. Indeks Nikkei reli 1,5% setelah surat kabar Nikkei melaporkan paket stimulus Jepang senilai US$929 miliar, bantuan keuangan terbesar kepada perusahaan-perusahaan yang terdampak pandemi. Namun munculnya ketegangan AS-China bisa membatasi penguatan.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *