FED Isyaratkan Tetap Lakukan Kebijakan Moneter Agresif
Tiga pejabat Fed memberi isyarat bahwa mereka dan rekan-rekan mereka tetap “sepenuhnya bersatu” untuk mendapatkan A.S. suku bunga naik ke tingkat yang secara signifikan akan mengekang kegiatan ekonomi dan mengurangi inflasi tertinggi sejak tahun 1980-an. Presiden Fed St. Louis James Bullard mengatakan jika inflasi tidak menanggapi kenaikan suku bunga Fed dengan pelong- garan seperti yang diharapkan, maka suku bunga harus tetap “lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama”. Sekitar 44% keyakinan pasar bahwa Fed akan menaikkan suku bunga kembali sebesar 75 bp pada September nanti. Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengatakan bahwa angka inflasi “terlalu tinggi” dan pekerjaan Fed untuk mengurangi tekanan harga dalam ekonomi AS “belum selesai.” Sementara Charles Evans mengatakan kenaikan 50 basis poin dalam suku bunga target pada pertemuan September ada- lah wajar dan tidak menghindar dari mendukung kenaikan 75 basis poin lagi. Angka pembukaan pekerjaan AS turun menjadi 10,7 juta di bulan Juni dari 11,3 juta di bulan sebelumnya, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja. Perkiraan Bloomberg adalah 11 juta.
Investor Bukukan Keuangan Saat Yield Obligasi AS Naik, Wall Street Berakhir Turun
Indek bursa saham AS berakhir lebih rendah di tengah berita kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi di Taiwan sementara imbal hasil treasury melonjak menyusul komentar dari presiden Federal Reserve regional. Indek Dow Jones turun 1,2% ke 32.396,17, S&P 500 turun 0,7% ke 4.091,19 dan Nasdaq ditutup 0,2% lebih rendah ke 12.348,76. Semua sektor berada di zona merah, dengan real estat mengalami penurunan paling tajam. Imbal hasil 10-tahun AS melonjak 14,7 basis poin menjadi 2,75% setelah menyentuh level terendah sejak awal April pada hari Senin.
Pernyataan Eksekutif FED Dorong Dolar AS Berbalik Menguat
Dolar AS naik setelah pejabat Fed membicarakan potensi kenaikan suku bunga agresif lebih lanjut. Indek dolar (DXY), naik 0,05% pada 106,50, setelah rebound 1% semalam menyusul penurunannya ke level terendah hampir satu bulan di 105,03. Pasangan USD/JPY naik 0,51% menjadi 133,84 yen, setelah melonjak 1,2% pada hari Selasa. Euro tergelincir 0,1% menjadi $1,01555, semen- tara sterling turun 0,12% menjadi $1,2144. Dolar Australia merosot 0,44% menjadi $0,689, memperpanjang penurunan 1,52% dari Selasa, ketika RBA menaikkan suku bunga utama setengah poin lagi. Dolar Selandia Baru turun 0,58% ke $0,62185 setelah kenai- kan mengejutkan dalam tingkat pengangguran menjadi 3,3% pada kuartal kedua, perkiraan awal turun menjadi 3,1%.
Dolar AS Berbalik Menguat, Emas Tergelincir
Harga emas tergelincir karena dolar dan yield Obligasi AS naik setelah komentar bernada hawkish dari pejabat Federal Reserve mengisyaratkan melanjutkan kenaikan suku bunga agresif dalam waktu dekat. Harga emas di bursa berjangka AS turun 0,9% men- jadi $1.772,80 per ounce. Indek Dolar (DXY) naik 0,1% terhadap para pesaingnya setelah naik 0,8% semalam, membuat emas berdenominasi greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Yield Obligasi AS tenor 10-tahun naik ke 2,7740%, setelah mencapai level terendah empat bulan di 2.5160 pada hari Selasa.
Minyak Turun Menjelang Pertemuan OPEC+ Dimulai
Harga minyak turun sekitar 1%, membalikkan kenaikan dari sesi sebelumnya menjelang pertemuan produsen OPEC+ di tengah kekhawatiran perlambatan pertumbuhan global yang memukul permintaan bahan bakar dan dolar yang lebih kuat. Harga Brent berjangka turun 94 sen, atau 0,9%, menjadi $99,60 per barel menghapus kenaikan sesi sebelumnya.
Fokus Pasar Hari Ini :
Date ekonomi AS yang paling dinanti adalah PMI Jasa dari ISM. Diperkirakan angkanya akan menyusut pada bulan Juli menjadi
53.3 dari bulan sebelumnya di angka 55.3. Jika hasilnya sesuai dengan perkiraan atau malah menjadi lebih buruk, Dolar AS akan melemah. Pada perdagangan komoditi, pelaku pasar akan mencermati pertemuan OPEC+. Diperkirakan bahwa mereka tidak akan mengubah produksinya pada September nanti. pasokan yang tercekik, akan mendorong potensi kenaikan harga minyak mentah. Sejumlah negara di Eropa juga akan memberikan laporan angka PMI di sektor jasa mereka, yakni Itali, Spanyol, Jerman dan Pran- cis. Selain itu Inggris juga. Data yang sesuai dengan perkiraan atau lebih buruk akan berdampak negatif bagi Euro atau Poundster- ling. Sementara Swiss akan memberikan laporan angka CPI dimana dari bulan ke bulan diperkirakan akan menurun drastis dari 0.5% menjadi minus 0.1%. Hal ini akan membebani Franc dan berpeluang tertekan. (LH)