Rab. Des 6th, 2023
Dolar AS Menguat Berkat Risk Aversion

Safe-haven dolar Amerika Serikat (AS), yen, dan franc Swiss menguat pada Senin karena kekhawatiran investor mengenai penyebaran varian virus corona yang sangat cepat, bisa mengancam prospek pemulihan ekonomi global. Tiga mata uang menguat setelah patokan imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun turun ke level terendah lebih dari lima bulan di 1,176%, karena maraknya ahli hindar risiko (risk aversion). Dolar AS naik ke levet tertinggi lebih dari tiga bulan atas mata uang utama, namun melemah dari level tertingginya seiring dengan penguatan yen dan franc Swiss karena memburuknya sentimen risk-on. Dolar AS tetap naik tajam terhadap mata uang yang sensitif terhadap risiko seperti dolar Australia, Kanada, dan Selandia Baru. Sementara itu, mata uang yen naik ke level tertinggi dalam 1,5 bulan terhadap dolar AS.

Pound Anjlok Seteleh Menkes Inggris Terpapar Covid-19

Poundsterling Inggris turun 0,9% menjadi $ 1,3657 setelah Menteri Kesehatan (Menkes) Inggris Sajid Javid mengumumkan pada akhir pekan bahwa dia terkonfirmasi positif COVID-19 dan saat ini sedang melakukan isolasi mandiri. Dengan terpaparnya Javid, telah memaksa Perdana Menteri Boris Johnson dan Menteri Keuangan Rishi Sunak untuk melakukan karantina. Kondisi tersebut mendorong sterling turun ke level terendah tiga bulan terhadap dolar di awal sesi.

Emas Jatuh Karena Penguatan Dolar AS

Harga emas melemah hari Senin karena penguatan dolar, meski imbal hasil obligasi AS tenor 10 jatuh ke level terendah sejak Februari. Spot gold turun 0,2% menjadi $1,807,59. Indeks dolar mencapai level tertinggi lebih dari tiga bulan, membuat harga emas menjadi mahal bagi pemegang mata uang non dolar AS. Penguatan dolar AS terjadi di tengah penurunan tajam imbal hasil Treasury AS.

Minyak Anjlok Karena Kekhawatiran Oversuply, Melonjaknya Varian Delta

Harga minyak melemah pada hari Senin, dan mencatatkan penurunan harian terburuknya sejak Maret 2020. Penurunan terjadi setelah kesepakatan OPEC+ untuk meningkatkan produksi memicu kekhawatiran oversuply, karena di saat yang sama infeksi Covid-19 meningkat dan mengancam permintaan. Harga minyak Brent anjlok 6,8% menjadi $68,62 per barel. Sementara WTI AS jattuh 7,5% menjadi US$ 66,42 per barel. Pemulihan minyak mentah selama setahun telah terhenti dalam dua minggu terakhir karena prospek pasokan baru yang merusak harga untuk terkerek lebih tinggi. Di saat yang sama, varian Delta dari virus corona yang menyebar ke seluruh dunia, memicu kenaikan 70% dalam kasus infeksi di AS minggu lalu, membuat investor keluar dari aset berisiko. Sementara itu, OPEC+ akan kembali melonggarkan pemangkasan, yang saat ini berada di 5,8 juta barel. Angka ini akan turun 2 juta bph pada akhir tahun.

Wall Street Anjlok Karena Kekhawatiran Lonjakan Covid-19 Varian Delta

Tiga indeks saham utama Wall Street anjlok pada hari Senin, dengan indeks S&P 500 dan indeks Nasdaq mengalami penurunan harian terbesar sejak pertengahan Mei. Sementara indeks Dow Jones mengalami penurunan harian terburuk dalam hampir sembilan bulan. Tekanan pada Wall Street datang karena kekhawatiran terkait lonjakan infeksi varian Delta yang akhirnya memicu aksi jual luas di awal pekan ini.

Fokus Hari ini: RBA Minutes

Hari ini Reserve Bank of Australia (RBA) akan merilis minutes-nya, yang merupakan notulen dari rapat awal bulan Juli. Dalam rapatnya tersebut, nada RBA mulai hawksih, dengan memulai melakukan tapering dengan cara memperlambat pembelian mingguan obligasi Pemerintah Australia dari A$ 5 miliar saat ini menjadi A$ 4 miliar mulai September 2021. Jika RBA lebih hawkish dari yang diperkirakan, positif buat AUDƒUSD.

DaWood

By DaWood

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *