Sen. Feb 10th, 2025

Poundsterling Menguat, Meski Data PDB Inggris di Bawah Perkiraan

Dolar AS Turun dari Level Tertinggi 1 Tahun Pasca Data CPI AS

Dolar AS jatuh dari level tertinggi satu tahun hari Rabu setelah imbal hasil Treasury AS jangka panjang turun menyusul data inflasi AS yangmenunjukkan CPI bulan lalu mengalami kenaikan. CPI AS di September naik 0,4%, lebih tinggi dari perkiraan kenaikan 0,3%. Secara tahunan (YoY), CPI meningkat 5,4%, naik dari 5,3% di bulan Agustus. Imbal hasil Treasuries jangka pendek, yang biasanya bergerak seiring dengan ekspektasi suku bunga, naik setelah laporan tersebut, sementara imbal hasil jangka panjang turun, menunjukkan pasar masih belum menetapkan harga dalam periode inflasi yang berkelanjutan. Sementara itu, minutes FOMC menunjukkan para pejabat The Fed mengisyaratkan bahwa mereka dapat melakukan tapering secara bertahap pada pertengahan November, meskipun mereka tetap berbeda pendapat atas seberapa besar ancaman inflasi yang tinggi dan seberapa cepat mereka mungkin perlu menaikkan suku bunga.

Poundsterling Menguat, Meski Data PDB Inggris di Bawah Perkiraan

Pound menguat karena trader menilai bahwa data yang menunjukkan PDB yang tumbuh dibawah konsensus di Agustus tidak cukup untuk mengurangi ekspektasi BoE akan menaikkan suku bunga. PDB Inggris tumbuh 0,4% di Agustus, lebih kecil jika dibanding perkiraan 0,5%. Dengan sebagian besar data ekonomi Inggris yang sesuai perkiraan, analis melihat tidak ada alasan bagi BoE untuk menunda pengetatan moneter.

Emas Naik Tajam Pasca Data Inflasi AS

Harga emas naik 2% ke level tertinggi hampir satu bulan pada hari Rabu, karena turunnya dolar dan imbal hasil Treasury AS, mengangkat permintaan safe haven emas. Spot emas naik 1,8% pada $1.791,41. Kenaikan emas sempat terpangkas karena imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun naik di atas 1,6% setelah data CPI AS. Namun yield tersebut kemudian turun, mendorong reli yang kuat pada logam mulia.

Minyak Koreksi Karena Profit Taking

Harga minyak turun hari Rabu di tengah kekhawatiran bahwa pertumbuhan permintaan minyak mentah akan melambat, memicu aksis profit taking. Harga minyak mulai tertekan setelah China, importir minyak mentah terbesar dunia, merilis data yang menunjukkan impor September turun 15% dari tahun sebelumnya. Saat ini pelaku pasar tengah menantikan data persediaan minyak AS yang diperkirakan naik 0,7 juta barel. Sementara itu, kekurangan batu bara dan gas alam di Cina, Eropa dan India telah mendorong harga bahan bakar yang digunakan untuk pembangkit listrik. Produk minyak digunakan sebagai pengganti. Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia untuk tahun 2021 sambil mempertahankan pandangan tahun 2022. Tetapi OPEC mengatakan lonjakan harga gas alam dapat meningkatkan permintaan produk minyak karena pengguna akhir beralih.

Wall Street Variatif, Dow Jones Turun

Wall Street variatif, cenderung menguat pada perdagangan Rabu, dengan S&P 500 dan Nasdaq naik, namun Dow Jones melemah. Kenaikan pasar saham dipimpin oleh saham-saham pertumbuhan besar seperti Amazon.com dan MicrosoG. Tapi, harga saham JPMorgan jatuh bersama dengan saham bank lain dan membebani pasar. Indeks Dow Jones turun 0,49%, Indeks S&P 500 naik 0,30% dan Nasdaq menguat 0,73%.

Fokus Hari ini: Data Ketenagakerjaan Australia, CPI China AS & AS, EIA

Hari ini Australia akan merilis data tenaga kerja, dimana tingkat pengangguran naik 4,6% di September, namun lebih baik dari perkiraan 4,8%. Masih di Asia, China akan merilis data inflasi untuk bulan September. Memasuki pasar AS, akan dirilis data PPI, yang diperkirakan naik 0,5& di September dan jobless claims, yang diperkirakan turun 315 ribu. Kemudian ada data cadangan minyak versi EIA.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *