Dollar melemah kemarin setelah data yang menunjukkan aktiftas industri jasa AS naik tajam di Juni, melemahkan pamor safe haven dollar. ISM non-manufacturing PMI AS rebound tajam dari sebelumnya kontraksi 45,4 di bulan Mei, menjadi 57,1 di bulan Juni. Angka tersebut jauh melebihi angka ekspektasi analis yang memperkirakan kenaikan 50.0. Angka tersebut juga hampir kembali ke level pra pandemi. Data lainnya, final service PMI juga mengalami perbaikan, dari sebelumnya kontraksi 46,7 di Mei menjadi kontraksi 47,9 di bulan Juni, di atas perkiraan 47.0. Namun begitu, merebaknya kembali infeksi virus corona telah memaksa sebagian restoran dan bar kembali tutup, mengancam pemulihan yang mulai muncul. Indeks dollar, yang mengukur bobot dollar atas enam mata uang utama dunia lainnya melemah 0,43% menjadi 96,76. Sebelumnya indeks dollar sempat menyentuh titik terendah sejak 24 Juni.
Mata uang Yuan China kemarin mencatat performa terbaiknya atas dolar Amerika Serikat (AS) sejak Desember setelah investor berburu aset berisiko di tengah meningkatnya ekspektasi yang tumbuh dari rebound ekonomi China yang kuat, serta solidnya data ekonomi AS yang mendorong turunnya permintaan untuk safe-haven dolarS. Yuan China naik ke level 7.015, tertinggi sejak 17 Maret.
Harga emas berjangka di COMEX menguat kemarin, meski di saat yang sama bursa saham di AS mengalami kenaikan. Penguatan emas didorong oleh melemahnya mata uang dollar. Namun begitu, kenaikan emas dibatasi solidnya data ekonomi AS, yang mengurangi permintaan safe haven. Indeks non-manufaktur Institute for Supply Management (ISM) naik tajam menjadi 57,1% di Juni dari 45,4% pada Mei, lebih baik dari perkiraan 50,0, dan menandai kenaikan terbesar sejak pencatatan indeks tersebut pada tahun 1997.
Harga minyak bergerak variatif kemarin, dengan minyak jenis Brent menguat berkat ketatnya pasokan serta data-data ekonomi yang positif, sementara minyak WTI terkoreksi tips karena kekhawatiran bahwa meningkatnya jumlah kasus virus corona bisa mengganggu permintaan mintak di AS. Minyak Brent naik sekitar 0,1% menjadi $42,62, sementara WTI turun 1% menjadi $40.25. Dalam empat hari di bulan Juli, 15 negara bagian AS melaporkan peningkatan rekor dalam kasus baru Covid-19, yang terlah menginfeksi hampir 3 juta orang warga AS dan menewaskan sekitar 130 ribu. Sementara itu, data ekonomi China menunjukkan pemulihan ekonomi, menjadi katalis positif buat minyak. Selain itu, keputusan Arab Saudi untuk menaikkan premium minyaknya sebesar $1 per barel juga turut mendorong sentimen. Harga minyak juga naik setelah aktifitas jasa di AS naik tajam ke level sebelum pandemi.
Saham-saham Asia bersiap menguat hari ini karena meningkatnya ekspektasi rebound ekonomi di China serta industri jasa AS yang kembali bangkit, menghilangkan kekhawatiran tentang lonjakan virus corona di AS. Indeks saham berjangka Australia &P/ASX 200 menguat 0,52%, sementara indeks Nikkei menguat 0,07% dan Hang Seng naik 0,68%. Indeks berjangka S&P 500 juga menguat 0,08%.
Fokus Hari ini: RBA Meeting
Reserve Bank of Australia (RBA) akan menggelar rapatnya hari ini, yang diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga di 0,25%. Suku bunga rendah tersebut sudah dipertahankan RBA sejak bulan Maret. Investor akan mencari tahu pernyataan pejabat bank sentral mengenai arah suku bunga ke depan. Sementara data-data ekonomi yang layak disimak adalah industrial production dari Jerman.