Dolar Lanjutkan Koreksi Setelah Data Ketenagakerjaan AS yang Beragam
Dolar jatuh atas mata uang utama lainnya pada hari Senin, setelah data ketenagakerjaan AS yang beragam Jumat lalu meredakan kekhawatiran investor atas akan berakhirnya stimulus moneter yang lebih cepat. Sementara angka penciptaan lapangan kerja Juni mengalahkan perkiraan, tingkat pengangguran justru naik, membuat ruang bagi The Fed untuk menunggu sebelum mengurangi pembelian aset atau menaikkan tingkat suku bunga. Pasar AS tutup pada hari Senin dalam rangka perayaan Independence Day. Pasar saat ini sedang menanti FOMC Minutes, yang akan memberi gambaran mengenai arah kebijakan The Fed. Indeks dolar melemah 0,1% menjadi 92,262, turun di bawah level Jumat. Tetapi dengan kenaikan 2% dalam tiga minggu terakhir, sejak The Fed mengejutkan investor dengan proyeksi kenaikan suku bunga pada tahun 2023, analis memperkirakan dolar masih memiliki ruang untuk kembali menguat
Pounsterling Menguat Setelah Rencana Reopening Inggris
Sterling naik 0,05% atas dolar AS hari Senin setelah pemerintah Inggris diperkirakan akan mengumumkan rencana untuk membuka kembali ekonomi sepenuhnya di Inggris akhir bulan ini, meskipun ada lonjakan kasus COVID-19. PM Inggris Boris Johnson akan menetapkan rencana untuk langkah terakhir pelonggaran penguncian COVID-19 di Inggris, termasuk panduan tentang social distancing, pemakaian masker dan WFH.
Emas Menguat Berkat Pelemahan Dolar dan Turunnya Yield Obligasi AS
Harga emas menguat pada hari Senin berkat pelemahan dolar dan turunnya imbal hasil obligasi AS di tengah beragamnya data ketenagakerjaan AS, yang meredakan kekhawatiran investor tentang pengetatan kebijakan yang lebih cepat, membantu logam naik menuju level $ 1.800 sekali lagi. Spot emas naik 0,2% menjadi
$1.790.70, setelah mencapai level tertinggi sejak 18 Juni di $1.794,86 pada hari Jumat.
Harga Minyak Naik Setelah Tidak Ada Kesepakan Mengenai Kenaikan Produksi
Harga minyak menguat pada hari Senin setelah OPEC+ membatalkan pembicaraan tentang tingkat produksi. Minyak Brent menguat 1,2% menjadi US$ 77,11 dan. WTI AS menguat 1,5% menjadi US$ 76,27 per barel. Hasil pertemuan para menteri OPEC+ mengalami anti klimaks setelah tidak menetapkan tanggal baru untuk melanjutkan pembicaraan karena gagal mencapai kesepakatan usai Uni Emirat Arab menolak (UEA) perpanjangan delapan bulan yang diusulkan untuk pembatasan produksi. Tahun lalu, OPEC+ sepakat untuk megurangi produksi karena jatuhnya harga yang disebabkan oleh Covid-19. Para produsen secara bertahap melonggarkan pembatasan produksi. Namun, rencana yang disebutkan pada pertemuan Jumat untuk meningkatkan produksi sekitar 2 juta bph dari Agustus hingga Desember 2021 dan untuk memperpanjang pakta pada serangkaian perubahan produksi bertahap hingga akhir 2022 ditolak oleh UEA.
Saham Australia Berpeluang Menguat Menjelang Rapat RBA
Saham Australia berpeluang menguat pada hari Selasa, menjelang rapat RBA, yang diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga di level terendahnya dan kenaikan harga komoditas kemungkinan akan memberi bobot bagi saham penambang dan energi. Indeks saham future S&PƒASX 200 menguat 0,26%, setelah ditutup fla pada hari Senin. Sementara indeks acuan S&PƒNZX 50 Selandia Baru sebagian besar flat.
Fokus Hari ini: RBA & OPEC+ Meeting, ZEW Jerman, PMI Jasa AS
RBA akan menggelar rapatnya, yang diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga di 0,10%. Fokus pasar mungkin akan tertuju pada pernyataan sang Gubernur Phillip Lowe mengenai arah kebijakan ke depan. Fokus pasar lainnya adalah data sentimen ekonomi Jerman versi ZEW. Kemudian OPEC+ akan kembali melanjutkan rapatnya guna membahas kuota yang masih tertunda. Dari AS, ada data PMI sektor jasa.