Dollar kembali menjadi safe haven minggu lalu di tengah buruknya serangkaian data ekonomi AS yang terpukul akibat dampak virus corona. Data-data tersebut meliputi consumer spending yang jatuh di Maret. Retail sales anjlok 8,7%, lebih buruk dari perkiraan perkiraan penurunan 8%. Sementara data ketenagakerjaan tetap suram, dengan jobless claims masih di atas angka 5 juta, menjadikan total claims tunjangan pengangguran mencapai 22 juta selama sebulan. Namun sentimen risk appetite mulai meningkat di akhir minggu seiring dilonggarkannya aturannya lockdown di Eropa dan AS. Berita tersebut menekan dolar. Secara mingguan indek dollar masih mencatat penguatan sekitar 0,2% pada kisaran 99,71.
Loonie menguat Jumat lalu, namun masih mencatat penurunan mingguan atas dollar karena turunnya harga minyak, serta data yang menunjukkan lebih dari seperlima populasi pekerja Kanada kehilangan pekerjaan. Ekonomi Kanada telah terpukul oleh sektor energi, yang menopang sektor lapangan kerja dan pertumbuhan negara. Sebelumnya BoC mengatakan akan menurunkan bunga pinjaman dan stimulus jika diperlukan.
Sempat naik ke level tertinggi 7,5 tahun, harga emas kemudian terkoreksi karena aksi profit taking serta penguatan dollar. Pamor emas sebagai safe haven juga mulai berkurang menyusul munculnya sentimen risk appetite setelah presiden AS Donald Trump berencana akan kembali membuka ekonomi. Kamis lalu, Gedung Putih mengeluarkan aturan bahwa gubernur dai 50 negara bagian AS bisa kembali membuka bisnisnya, yang lock down selama empat minggu karena upaya mencegah penyebaran Covid-19. Selama sepekan, harga emas berjangka turun sekitar 3,5%, sementara emas spot turun 0,3%.
Harga minyak akhirnya rebound setelah sempat jatuh kembali ke level terendah 18 tahun minggu lalu. Meski OPEC+ telah sepakat untuk memangkas produksi hampir 10 juta bpd, harga minyak masih mengalami tekanan karena dibayangi kekhawatiran bahwa hilangnya permintaan akibat pandemi Covid-19 bisa mencapai 30 juta bph. Harga minyak rebound di akhir minggu setelah adanya berita bahwa AS akan kembali membuka ekonominya. Harga minyak juga terangkat setelah Arab Saudi dan Rusia, yang merupakan produsen minyak terbesar, mengindikasikan akan kembali memangkas output setelah pemangkasan bulan ini gagal mengangkat harga. Selain itu, sentimen minyak juga terangkat setelah rilisan data jumlah rig dari Baker Hughes menunjukkan penurunan sebesar 66 rig dan 245 dalam lima minggu terakhir. Data tersebut menunjukkan adanya pengurangan produksi yang dilakukan pengebor minyak AS setelah harga WTI turun tajam. Selama sepekan harga minyak WTI naik 19,7%, namun Brent turun 10,8.