Kam. Okt 3rd, 2024

Sterling Menguat Setelah Data Infllasi Inggris

Dolar Kikis Penurunan Setelah Survei Bisnis Fed New York

Dolar AS melemah atas mata uang utama lainnya pada hari Rabu setelah data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan, yang dirilis pada hari Selasa mengurangi ekspektasi jangka pendek tentang pengurangan pembelian aset dari Federal Reserve. Namun, dolar mampu memangkas kerugian setelah data positif menunjukkan harga impor turun secara tak terduga pada Agustus dan angka yang lebih tinggi dari perkiraan untuk survei bisnis Fed New York. Dua data tersebut mampu mengimbangi angka yang menunjukkan output manufaktur AS melambat pada Agustus, naik 0,2% dari kenaikan 1,6% bulan sebelumnya. Indeks dolar ditutup di 92.514, turun sekitar 0,2%. Indeks dolar telah diperdagangkan antara 92,3 – 92,9 dalam seminggu terakhir karena beberapa pejabat Fed menyarankan bank sentral AS dapat mengurangi pembelian surat utang pada akhir tahun, bahkan setelah rilis data NFP AS yang tumbuh meleset dari perkiraan.

Sterling Menguat Setelah Data Infllasi Inggris

Sterling menguat 0,27% menjadi 1.3844 atas dolar AS setelah data hari Rabu menunjukkan tingkat inflasi Inggris mencapai level tertinggi dalam hampir satu dekade bulan lalu setelah rekor lompatan yang sebagian besar didorong oleh rebound harga restoran. CPI Inggris untuk bulan Agustus naik menjadi 3,1%, di atas perkiraan 2,9%. Sementara data inflasi untuk untuk bulan Juli direvisi turun menjadi 1,8%.

Emas Kembali Turun di Bawah Level $1800

Emas turun di bawah level psikologi $1.800 pada hari Rabu, terpukul oleh faktor teknikal setelah gagal mempertahankan kenaikan baru-baru ini karena investor mengabaikan pelemahan dolar AS dan mencari pentunjuk mengenai waktu tapering The Fed. Spot emas turun 0,6% menjadi $1.793,20 per ons. Namun, harga masih dalam range trading menjelang rapat FOMC minggu depan.

Minyak Reli Setelah Data EIA dan Perkiraan IEA

Harga minyak naik lebih dari US$2 per barel pada hari Rabu setelah data pemerintah Amerika Serikat (AS) menunjukkan penurunan yang lebih besar dari perkiraan persediaan minyak mentah AS. Minyak mentah Brent naik 2,5%, menjadi $75,46, sementara WTI AS naik 3,1%, menjadi $ 72,61 per barel. Energy Information Administration (EIA) menyebutkan cadangan minyak mentah AS turun pekan lalu ke level terendah sejak September 2019. Memperpanjang penurunan setelah Badai Ida yang melanda akhir Agustus, menutup banyak kilang dan produksi pengeboran lepas pantai. Harga minyak juga mendapat dukungan dari Badan Energi Internasional (IEA), yang mengatakan pada hari Selasa bahwa peluncuran vaksin akan mendorong rebound, setelah penurunan tiga bulan dalam permintaan minyak global karena penyebaran varian Delta virus corona dan pembaruan pembatasan pandemi.

Wall Street Menguat, Ditopang Saham Energi

Wall Street menguat pada hari Rabu setelah kenaikan harga minyak mentah mendorong saham energi. Data positif AS menunjukkan inflasi telah memuncak dan pemulihan ekonomi tetap kuat sehingga meningkatkan sentimen investor. Indeks Dow Jones naik 0,68% menjadi 34.814,39, S&P 500 menguat 0,85% pada 4.480,7 dan Nasdaq Composite melesat 0,82% ke 15.161,53.

Fokus Hari ini: Retail Sales & Jobless Claims AS

Pagi tadi New Zealand merilis data PDB yang tumbuh 2,8%. Selanjutnya ada data ketenagakerjaan Australia. Fokus berikutnya akan tertuju pada data-data AS, yang akan mempengaruhi persepsi pasar atas kebijakan moneter The Fed. Data-data tersebut antara lain; Retail sales diperkirakan terkontraksi 0,7% di bulan Agustus, Phily Fed manufacturing index dan jobless claims AS, yang diperkirakan naik menjadi 325 ribu.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *