Jum. Des 6th, 2024

Wall Street Jatuh Karena Kekhawatiran Resesi

Wall Street

Dolar AS Naik Lagi Menjelang Data NFP AS

Dolar AS menguat pada hari Kamis, naik dakam dua sesi beruntun, karena investor bertaruh pada solidnya data non-farm payroll AS yang menjaga The Fed pada jalur pengetatan agresif untuk beberapa waktu. Indeks dolar, yang mengukur bobot dolar atas enam mata uang utama, melonjak lebih dari 1% menjadi 112,22 dan naik sekitar 17% sepanjang tahun ini. Non-farm payrolls untuk bulan September akan dirilis pada hari Jumat, dengan perkiraan ekonom penambahan 250.000 pekerjaan baru, dibandingkan dengan 315.000 pada bulan Agustus. Presiden Fed Chicago Charles Evans pada hari Kamis mengatakan tingkat kebijakan Fed kemungkinan menuju 4,5%-4,75% pada musim semi 2023 karena Fed meningkatkan biaya pinjaman untuk menurunkan inflasi yang terlalu tinggi. Faktor utama yang mendorong pasar mata uang saat ini telah mengubah ekspektasi tentang seberapa agresif bank sentral – khususnya Fed – akan menaikkan suku bunga.

Euro Kembali Jatuh Setelah ECB Minutes

Euro turun 0,9% terhadap dolar pada $0,9794, setelah rilis risalah Bank Sentral Eropa dari pertemuan bulan lalu yang menunjukkan pembuat kebijakan khawatir bahwa inflasi bisa terjebak pada tingkat yang sangat tinggi. Secara terpisah, sebuah sumber mengatakan kepada Reuters pada hari Kamis, mengutip angka sementara, bahwa pemerintah Jerman memperkirakan ekonomi terbesar Eropa itu akan meluncur ke dalam resesi tahun depan, mengalami kontraksi 0,4% karena krisis energi, kenaikan harga, dan gangguan pasokan.

Emas Jatuh Lagi Setelah Dolar & Imbal Hasil Obligasi AS Naik

Harga emas turun pada hari Kamis, tertekan oleh penguatan dolar dan imbal hasil Treasury, sementara investor bersiap untuk data pekerjaan AS yang dapat mempengaruhi kebijakan moneter Federal Reserve. Spot emas turun 0,2% menjadi $1.712,19 per ons pada 1358 EDT (1758 GMT). Indeks dolar naik sekitar 1%, membuat emas yang dihargakan dengan greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya

Minyak WTI Diperdagangkan Pada $88 Per Barel Setelah Pemangkasan Produksi OPEC+

Minyak mentah berjangka WTI diperdagangkan di sekitar $88 per barel, mendekati level yang tidak terlihat dalam lebih dari tiga minggu, setelah OPEC+ menyetujui pengurangan produksi yang lebih besar dari perkiraan, menekan pasokan di pasar yang sudah ketat. Kelompok tersebut memutuskan untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari atau sekitar 2% dari pasokan global, pembatasan produksi paling signifikan sejak awal pandemi. Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC, mengatakan kelompok itu bergerak sebagai tanggapan terhadap prospek pertumbuhan global yang melemah dan untuk mencegah jatuhnya harga seperti yang terlihat pada 2008. Namun, pemerintahan Biden menegur keputusan semacam itu dan mengatakan akan menjajaki opsi dengan Kongres AS untuk mengurangi pengaruh kartel atas harga energi

Wall Street Jatuh Karena Kekhawatiran Resesi

Indeks utama Wall Street ditutup melemah lebih pada hari Kamis karena Kekhawatiran meningkat  menjelang rilis data nonfarm payrolls bulanan yang diawasi ketat pada hari Jumat, sikap suku bunga agresif Federal Reserve akan menyebabkan resesi. Dow Jones turun 1,15% menjadi 29.926,94, S&P 500 jatuh 1,02% menjadi 3.744,52, dan Nasdaq Composite melemah atau 0,68% menjadi 11.073,31.

Fokus Hari Ini : Data Ketenagakerjaan AS

Semua mata akan tertuju pada data ketenagakerjaan AS bulan September. Data ketenagakerjaan tersebut meliputi; average hourly earning, yang diperkirakan tumbuh 0,3%, sama dengan pertumbuhan bulan sebelumnya. Kemudian, ada non-farm payroll, yang diperkirakan tumbuh 265 ribu, melambat jika dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 315 ribu. Terakhir tingkat pengangguran yang diperkirakan tetap di angka 3,7%. Data tersebut akan memberi pandangan mengenai arah kebijakan moneter the Fed.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *