Dolar AS Turun Setelah Data Sentimen Konsumen AS
Dolar AS melemah tipis hari Jumat karena inflasi yang tinggi membawa dampak buruk pada sentimen konsumen. Namun, greenback masih berada di jalur untuk kenaikan mingguan terbesarnya dalam hampir 3 bulan setelah angka inflasi AS yang sangat kuat di hari Rabu mendorong ekspektasi investor untuk kenaikan suku bunga the Fed yang lebih cepat dari perkiraan. Dolar turun di Jumat setelah survei University of Michigan menunjukkan penurunan sentimen konsumen AS di awal November ke level terendah dalam satu dekade karena lonjakan inflasi memangkas standar hidup rumah tangga. Dengan imbal hasil Treasury AS jangka pendek yang lebih tinggi, investor menaikkan taruhan bahwa Federal Reserve harus menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan. Atas rivalnya, dolar turun 0,04% pada 95,116 setelah sempat jatuh ke 94,991 setelah data sentimen konsumen. Sebelumnya indeks sempat naik ke level tertinggi sejak Juli 2020.
Euro Jatuh ke Level Terendah 16 Bulan
Euro turun 0,06% pada $1,1443 atas dolar AS setelah sebelumnya sempat jatuh ke level terendah hampir 16 bulan di $1,1433. Investor menjadi semakin bearish pada prospek mata uang tunggal Eropa tersebut karena Bank Sentral Eropa (ECB) tampaknya tidak mungkin mengubah arah kebijakan moneternya yang sangat dovish dalam waktu dekat, dengan menggarisbawahi ekonomi kawasan blok tersebut masih melambat.
Emas Naik Berkat Lindung Nilai Inflasi
Emas Harga emas menguat pada hari Jumat dan berada di minggu terbaiknya dalam enam bulan. Pamor emas semakin bersinar, dengan daya tarik emas batangan sebagai aset lindung nilai naik akibat lonjakan inflasi AS. Harga emas spot ditutup naik 0,15% menjadi US$ 1.864,90 per ons troi. Ini membuat emas menguat 2,6% di minggu ini dan berada di pekan terbaiknya.
Minyak Jatuh Karena Penguatan Dolar AS, Biden
Harga minyak melemah pada hari Jumat, menghapus kenaikan yang didapat pada sesi sebelumnya karena kekhawatiran bahwa The Fed akan mempercepat rencana untuk menaikkan suku bunga guna menjinakkan inflasi. Harga minyak Brent turun 0,8% ke US$82,17 per barel, sementara WTI AS melemah 1% menjadi US$ 80,79 per barel. Secara mingguan, Brent turun 0,7%, sementara WTI melemah 0,6%. Sentimen yang memukul minyak datang setelah dolar AS menguat dan spekulasi bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden mungkin melepaskan minyak dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS guna mendinginkan harga saat ini. Sebelumnya, Menteri Energi AS Jennifer Granholm mengatakan, Biden dapat bertindak, paling cepat di minggu ini, untuk mengatasi kenaikan harga bensin. Pada Kamis, OPEC memangkas perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal keempat sebesar 330.000 barel per hari (bph) dari perkiraan bulan lalu.
Wall Street Menguat, Didukung Sektor Teknologi
Wall Street menguat pada hari Jumat, didorong kenaikan saham-saham teknologi raksasa yang menjadi penggerak indeks dan investor mengabaikan data ekonomi AS yang mengecewakan. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 179,08 poin, atau 0,5%, menjadi 36.100,31. Indeks S&P 500 naik 33,58 poin, atau 0,72%, pada 4.682,85 dan Nasdaq Composite menambahkan 156,68 poin, atau 1%, pada 15.860,96
Fokus Minggu Ini: Retail Sales AS, China & Inggris, Pidato The Fed
Serangkaian data ekonomi AS akan dirilis minggu ini, termasuk produksi industri dan penjualan ritel. Pelaku pasar juga fokus pada pidato beberapa pejabat Fed untuk petunjuk mengenai kebijakan The Fed selanjutnya. Di China, akan dirilis data produksi industri dan penjualan ritel. Di Eropa, semua mata akan tertuju pada laporan pasar tenaga kerja Inggris, inflasi dan rilis penjualan ritel. Di Jepang, akan dirilis data PDB Q3.