Dolar Melemah Setelah Data Industrial Production AS
Dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada hari Senin setelah data menunjukkan industrial production AS turun ke level terendah dalam tujuh bulan pada September, menghapus kenaikan sebelumnya, yang didorong oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve mungkin lebih dekat untuk menaikkan suku bunga perkiraan. Gangguan pasokan menambah kekhawatiran tentang inflasi yang tinggi dan menambah ekspektasi bahwa bank sentral AS perlu bertindak untuk mengatasi kenaikan harga. Analis juga melihat bahwa prospek bank sentral global untuk lebih agresif dalam melawan kekhawatiran inflasi yang berkembang dapat menempatkan USD di bawah beberapa tekanan, meskipun The Fed pada gilirannya dapat bertindak lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya, mendukung dolar. Dolar AS turun 0,02% menjadi 93,95, setelah sempat mencapai 94,17 karena imbal hasil obligasi AS mengalami kenaikan.
Loonie Melemah Atas Dolar AS, Meski Imbal Hasil Obligasi Kanada Naik
Dolar Kanada (loonie) melemah tipis terhadap greenback, namun masih bertahan dekat level tertinggi lebih dari tiga bulan setelah imbal hasil obligasi AS dan domestik naik. Imbal hasil obligasi Kanada tenor 2 tahun naik ke level tertinggi sejak Maret 2020 di 0,866% sebelum ditutup naik 5,8 bps di 0,824%. Sedangkan untuk tenor 10 tahun naik setengah basis poin di 1,589%. Loonie melemah 0,1% di 1,2377.
Emas Melemah Karena Kenaikan Ibal Hasil Obligasi AS
Harga emas melemah pada hari Senin karena kenaikan imbal hasil Treasury AS mengurangi daya tariknya, meskipun sentimen risk-oß di pasar keuangan yang lebih luas membatasi kerugian untuk logam tersebut. Spot emas turun 0,1% di $1.765,14 per ons. Imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun AS naik karena ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed, sementara dolar AS stabil.
Reli Minyak Tersendat Setelah Data Industrial Production AS
Harga minyak terkoreksi setelah menyentuh level tertinggi multi-tahun pada hari Senin, diperdagangkan mix setelah output industri AS di September turun, meredam antusiasme awal tentang permintaan. Brent turun 0,6% di $84,33 per barel setelah mencapai $86,04, tertinggi sejak Oktober 2018. Sedangkan WTI AS naik tipis 0,19%, di $82,44 per barel, setelah mencapai $83,87, tertinggi sejak Oktober 2014. Data output industri yang lebih lemah diperparah oleh ekspektasi naiknya produksi, membebani sentimen pasar. Produksi shale AS diperkirakan akan meningkat pada November, menurut laporan bulanan AS pada hari Senin. Produksi minyak dari Permian Texas dan New Mexico diperkirakan akan naik 62.000 barel per hari (bph) menjadi 4,8 juta barel per hari bulan depan, menurut Energy Information Administration (EIA). Sebelumnya, minyak naik tajam karena prospek permintaan yang kuat menyusul pelonggaran pembatasan setelah Covid-19.
Wall Street Variatif, Nasdaq dan S&P 500 Naik
Tiga indeks utama Wall Street bergerak variatif di akhir perdagangan Senin, dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq naik, ditopang kenaikan saham teknologi dan komunikasi, namun Dow Jones melemah. Penguatan S&P dan Nasdaq ditopang oleh kenaikan saham Big Tech, seperti Facebook Inc, Apple, Amazon.com Inc, Netflix Inc, Google Alphabet Inc, serta MicrosoG Corp.
Fokus Hari ini: RBA Minutes, Pidato Bailey & Pejabat The Fed
Reserve Bank of Australia (RBA) pagi ini merilis minutes-nya, yang merupakan notulen dari rapat RBA bulan lalu. Fokus pasar selanjutnya akan tertuju pada pidato beberapa pejabat bank sentral dunia, seperti ketua Bank of England (BoE) Andrew Bailey, serta beberapa pejabat The Fed, seperti Mary C. Daly dan Raphel Bostic. Data AS yang akan dirilis adalah data perumahan, yaitu housing starts dan buliding permits.