Dolar AS Naik ke Level Tertinggi 1 Tahun
Dolar AS naik ke level tertinggi satu tahun atas mata uang utama hari Rabu, didorong oleh meningkatnya ekspektasi untuk pengurangan pembelian aset Federal Reserve AS mulai November dan kenaikan suku bunga, yang mungkin pada akhir 2022. Dolar AS menguat meskipun ada kebuntuan di Washington atas plafon utang AS yang bisa menyebabkan government shutdown. Dolar AS, dipandang sebagai safe haven pada saat tekanan pasar, telah menguat dalam beberapa hari terakhir karena investor terfokus pada kekhawatiran perlambatan global, kenaikan harga energi dan kenaikan imbal hasil Treasury AS. Trader juga khawatir bahwa The Fed akan mulai menarik stimulus-nya saat pertumbuhan global melambat. Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS atas enam mata uang utama, naik empat hari berturut-turut, sempat ke 94.435, tertinggi sejak akhir September tahun lalu, dan ditutup naik 0,7% di 94,404.
Yen Sentuh Level Terendah 18 Bulan Setelah Terpilihnya Fumio Kishida
Yen tidak bereaksi atas terpilihnya Fumio Kishida sebagai pemimpin Partai Demokrat Liberal yang berkuasa di Jepang, yang menempatkannya di jalur untuk menjadi perdana menteri negara berikutnya. Yen, mata uang yang paling sensitif terhadap imbal hasil AS karena suku bunga yang lebih tinggi dapat menarik arus dari Jepang, sempat menyentuh level terendah 18 bulan terhadap dolar di 112,04 per yen.
Emas Jatuh ke Level Terendah Tujuh Minggu Karena Penguatan Dolar AS
Harga emas jatuh ke level terendah dalam tujuh minggu pada hari Rabu karena penguatan dolar AS dan ekspektasi Federal Reserve dapat segera mulai mengurangi kebijakan stimulus ekonominya. Harga emas spot ditutup melemah 0,4% ke US$ 1.726,37 per ons troi. Sebelumnya, harga sempat mencapai level terendah sejak 10 Agustus di US$ 1.720,49 per ons troi.
Minyak Melemah Setelah Stock Minyak AS Naik
Harga minyak jatuh hari Rabu setelah persediaan minyak AS naik lebih dari perkiraan. Data dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan stok minyak mentah AS naik 4,6 juta barel di pekan lalu. Kenaikan didorong oleh rebound dalam produksi karena fasilitas lepas pantai yang ditutup setelah diterjang dua badai di Teluk AS melanjutkan aktivitasnya. EIA juga menyebutkan stok minyak, bensin, dan sulingan juga naik minggu lalu. Produksi AS naik menjadi 11,1 juta barel per hari, kira-kira sejalan dengan produksi sebelum Badai Ida melanda sekitar sebulan lalu. Minyak Brent turun 45 sen menjadi US$ 78,64 per barel, sementara WTI AS melemah 0,6% ke US$74,83 per barel. Pasar komoditas juga tertekan oleh penguatan dolar AS, yang mencapai level tertinggi satu tahun atas mata uang utama lainnya. Karena minyak ditransaksikan dalam the greenback, membuat komoditas itu lebih mahal di seluruh dunia.
Wall Street Variatif, Nasdaq Turun Karena Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS
Wall Street variatif, namun cenderung menguat pada akhir perdagangan Rabu, dengan dua indeks utama ditutup naik. Namun, debat terkait plafon utang pemerintah AS yang sedang berlangsung membatasi kenaikan. Indeks Dow Jones naik 0,26% menjadi 34.390,72, S&P 500 menguat 0,16% ke 4.359,46. Namun,Nasdaq Composite melemah 0,24% jadi 14.512,44, tertekan kenaikan imbal hasil obligasi AS.
Fokus Hari ini: PMI China, PDB Inggris & AS, The Fed
China telah merilis data PMI baik dari sektor manufaktur, maupun jasa. Fokus selanjutnya akan tertuju pada serangkaian data di Eropa dan AS. Di Eropa, Inggris akan merilis data PDB (Q2), yang diperkirakan tumbuh 4,8%. Masih dari Eropa, ada data inflasi Jerman dan Perancis. Beralih ke AS, juga akan dilirils data PDB, yang diperkirakan tumbuh 6,6% di kuartal kedua. Beberapa pejabat The Fed juga akan tampil di publik.