Dollar AS, yang merupakan mata uang safe-haven naik ke tertinggi empat minggu kemarin, terutama atas poundsterling di tengah kekhawatiran Brexit dan berkurangnya sentimen risk-on, ditandai dengan aksi jual di Wall Street. Inggris memasuki putaran baru pembicaraan perdagangan Brexit kemarin. Perasaan khawatir muncul setelah berita dari Financial Times yang menyebutkan bahwa kepala Departemen Hukum Inggris mengundurkan diri setelah PM Inggris Boris Johnson ingin mengganti bagian dari kesepakatan Brexit yang telah ada. Selain kekhawatiran Brexit, investor mata uang berbondong-bondong memburu ke dolar karena saham AS semakin terpukul. Meski begitu, analis mengatakan bahwa kenaikan dolar mungkin bersifat sementara, karena adanya perkiraan bahwa ekonomi global akan pulih dari guncangan virus corona. Hal itu, bisa membantu saham dan mata uang berisiko kembali mendapatkan daya tariknya.
Euro jatuh ke level terendah dua minggu terhadap dolar, turun 0,3% pada $ 1,1779 menjelang ECB meeting hari Kamis. Sebagian besar analis memperkirakan tidak ada perubahan dalam kebijakan bank sentral Eropa terseebut, namun investor akan mencermati pernyataan mengenai inflasi.
Harga emas naik untuk pertama kalinya dalam 5 sesi perdagangan terakhir, meski dollar naik ke level tertinggi empat minggu. Harga emas spot menguat 0,2% menjadi $1931,97, sementara emas berjangka AS menguat 0,5% menjadi. Pelaku pasar tengah menantikan ECB meeting, yang diperkirakan akan memngumumkan stimulus lanjutan. Penurunan Wall Street juga mendukung kenaikan harga.
Harga minyak kembali mengalami tekanan kemarin, dipicu oleh penguatan dollar, serta kekhawatiran anjloknya bursa saham AS. Harga minyak jenis WTI turun 7,6% menjadi 36,76. Sementara harga minyak Brent turun 5,3% menjadi 39,78. Indeks dollar biasanya bergerak berlawanan dengan harga komoditas. Dua minggu lalu, harga minyak mencapai mencapai level tertinggi sejak Maret, yang mendorong harga WTI ke level $43,78 per barel dan Brent ke level $46,53. Namun, dengan liburnya Hari Buruh, yang merupakan pertanda sebagai akhir puncak musim mengemudi di AS, pasar melihat mungkin pasokan minyak akan lebih banyak daripada permintaan. Harga minyak semakin tertekan setelah keputusan Arab Saudi yang memnagkas harga jual minyak mentahnya, yang dimaksudkan untuk memperluas dan mempertahankan pangsa pasarnya. Langkah Saudi tersebut dilakukan hanya beberapa minggu setelah OPEC+ mengatakan akan melakukan pelonggaran pemangkasan produksi.
Bursa saham di Asia memerah pada perdagangan hari ini, mengikuti anjloknya bursa Wall Street pada penutupan perdagangan Selasa. Di Jepang, indeks Nikkei melemah 1,22%, Sementara di Australia , indeks S&P/ASX 200 merosot 0,95%. Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia di luar Jepang turun 0,36%. Investor kini tengah menantikan data inflasi China untuk katalis lebih lanjut.
Fokus Hari ini: BoC Meeting
Bank of Canada (BoC) hari ini akan menggelar rapatnya hari ini, yang diperkirakan tetap mempertahankan suku bunganya di 0,25%. Nada dovish sepertinya masih akan terlontar dalam rapatnya nanti, terutama setelah melihat data ketenagakerjaan Kanada minggu lalu yang tumbuh di bawah ekspektasi. Namun sebelum BoC, pasar akan akan disuguhi data inflasi China di sesi Asia.